Media90 – Kekhawatiran Bapak AI, Geoffrey Hinton, tentang masa depan tenaga kerja dunia semakin nyata seiring keyakinannya bahwa pencapaian Artificial General Intelligence (AGI)—sistem AI yang mampu menyaingi kecerdasan manusia dalam berbagai tugas—kian dekat. AGI saat ini menjadi target utama industri AI global.
Pada 2023, Hinton sempat memperkirakan AGI mungkin baru akan tercapai dalam 20 hingga 50 tahun. Namun, perkiraannya kini jauh lebih singkat: “Saya pikir mungkin 20 tahun atau kurang,” ujarnya. Jika prediksi ini benar, dampaknya pada pasar kerja global akan terasa dalam dua dekade ke depan, memaksa negara-negara segera merumuskan kebijakan sosial baru.
Hinton menambahkan, model AI terbaru seperti GPT-5 dari OpenAI kini memiliki basis pengetahuan ribuan kali lebih besar dari manusia. Meski belum memiliki kecerdasan terintegrasi ala manusia, kapasitas informasi ini bisa menjadi fondasi yang memungkinkan AI menguasai berbagai tugas berbasis data.
Meski begitu, realitas di lapangan menunjukkan bahwa menggantikan manusia dengan AI tidaklah semudah yang dibayangkan. Banyak upaya untuk menggunakan agen AI dalam pekerjaan lapangan, termasuk layanan pelanggan (customer support), seringkali gagal. Faktor interaksi manusia, empati, dan kemampuan memecahkan masalah yang tidak terstruktur masih menjadi keunggulan pekerja manusia.
Peringatan Hinton ini menjadi pengingat serius bagi pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis. Perlombaan menuju AGI memang menjanjikan kemajuan teknologi luar biasa, tetapi juga membawa risiko pengangguran massal yang memerlukan skema sosial ekonomi baru yang radikal—jauh sebelum AI sepenuhnya mengambil alih peran manusia.














