Media90 – Usaha peternakan sapi di kawasan perkotaan bukan tanpa tantangan. Selain terbatasnya lahan dan tingginya biaya pakan, para peternak juga dihadapkan pada masalah kesehatan ternak serta pengelolaan limbah yang kerap menimbulkan persoalan lingkungan.
Situasi ini dialami oleh Gapoktan Harapan Makmur di Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, yang menaungi lima kelompok tani-ternak. Mereka melaporkan peningkatan kasus penyakit non-infeksius seperti lumpuh pasca melahirkan dan kembung pada sapi akibat manajemen nutrisi yang belum optimal.
“Masalah lumpuh dan kembung ini sering membuat kami rugi besar. Ditambah lagi limbah feses yang baunya mengundang komplain dari tetangga,” ungkap salah satu pengurus Gapoktan.
Selain itu, ancaman penyakit infeksius seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) juga masih menghantui peternak. Kedua penyakit tersebut terbukti menurunkan produktivitas ternak dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak kecil.
Polinela Turun Tangan: Dua Fokus Strategis
Menanggapi kondisi tersebut, Tim Dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinela) melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) untuk meningkatkan ketahanan peternakan urban secara menyeluruh.
Tim yang dipimpin oleh Ir. Imelda Panjaitan, M.Si, melibatkan para dosen lintas bidang seperti Tri Rumiyani, S.Pt., M.Sc., Cintia Agustin P., S.Pt., M.Si., Anjar Sofiana, S.Pt., M.Si., Dr. Ghoffar Husnu, S.Pt., M.P., Susanti, S.Pt., M.P., Herdyon Banu, S.Pt., M.Sc., Mutia Rizkia S., S.Tr.Pt., M.Tr.P., drh. Luh Putu Nadya S., M.Si., Dr. Ir. Suraya Kahfi S., M.T.A., dan Dr. Ir. Yana Sukaryana, M.P.
Program PkM ini berfokus pada dua pilar utama:
-
Mitigasi Penyakit Prioritas
-
Inovasi Pengelolaan Limbah Ternak
1. Mitigasi Penyakit Prioritas
Pada tahap awal, tim Polinela melakukan pendampingan intensif terkait manajemen nutrisi sapi bunting untuk mencegah kelumpuhan pasca melahirkan, serta pelatihan pemberian pakan seimbang guna menghindari kasus kembung.
Tim juga memperkuat penerapan biosekuriti di kandang, seperti disinfeksi rutin dan peningkatan kebersihan lingkungan peternakan. Selain itu, dilakukan pula vaksinasi massal terhadap PMK dan LSD serta pembentukan Tim Kader Kesehatan Ternak dari anggota Gapoktan. Tim ini bertugas melakukan deteksi dini dan penanganan awal sebelum dokter hewan tiba di lokasi.
2. Inovasi Pengelolaan Limbah Ternak
Sementara itu, limbah sapi yang sebelumnya menimbulkan bau kini dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Polinela memperkenalkan teknologi komposting dan fermentasi feses sapi untuk menghasilkan pupuk berkualitas tinggi.
Langkah ini tak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi peternak. Program ini turut melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tergabung dalam Gapoktan Harapan Makmur.
Pupuk kompos hasil olahan limbah digunakan oleh KWT untuk budidaya sayuran pekarangan, mendukung konsep urban farming berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
Bangun Ekosistem Pertanian-Peternakan Perkotaan
Ketua Tim PkM Polinela, Imelda Panjaitan, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menyelesaikan persoalan kesehatan ternak, tetapi juga mendorong terbentuknya sistem peternakan perkotaan yang efisien dan ramah lingkungan.
“Kami berharap melalui pendampingan ini, kesehatan ternak di Gapoktan Harapan Makmur meningkat, kerugian akibat penyakit berkurang, dan lingkungan sekitar menjadi lebih nyaman karena limbah sudah diolah menjadi sumber daya,” ujar Imelda.
Ia menambahkan, integrasi antara peternak dan KWT menjadi kunci keberhasilan ekosistem peternakan urban.
“Limbah bukan lagi masalah, tapi potensi ekonomi baru bagi masyarakat,” katanya.
Program ini didukung pendanaan dari DIPA Polinela Tahun Anggaran 2025, dan diharapkan menjadi model pengelolaan peternakan urban berkelanjutan di Bandar Lampung maupun kota-kota lain di Indonesia.