Media90 – Pagi itu, Desa Trimomukti di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, tampak seperti baru terbangun dari tidur panjangnya. Kabut tipis masih menggantung, embun menempel di ujung helai padi, dan dari kejauhan terdengar dengung lembut mesin pompa listrik yang terus bekerja tanpa henti. Di hamparan sawah seluas 1.300 hektare, para petani tampak sibuk menebar benih untuk musim tanam ketiga—sesuatu yang dulu hanya dianggap mimpi.
Selama bertahun-tahun, kehidupan pertanian di desa ini mengikuti irama alam. Satu kali musim tanam, satu kali panen, lalu menunggu hujan yang hanya turun sekali dalam setahun. Mesin alkon berbahan bakar solar menjadi andalan, tetapi kerap menyulitkan: boros, bising, dan mudah rusak.
Kini, kehadiran listrik PLN melalui program Smart Farming menjadi denyut baru yang mengubah wajah pertanian Trimomukti.
Petani Rasakan Perubahan Nyata
Di tepi sawah hijau yang terhampar bagai zamrud, tampak Suparno, petani dengan perawakan kecil dan kulit gelap terbakar matahari, duduk beristirahat di samping SuperSun PLN—pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas kecil yang kini meringankan pekerjaannya. Matanya berkaca-kaca saat menceritakan perubahan hidupnya.
“Dulu panen hanya satu kali, hasilnya sekitar Rp45 juta. Sekarang bisa tanam tiga kali. Kalau panen sukses semua, setahun bisa dapat Rp135 juta,” ujarnya dengan senyum bangga.
Suparno menambahkan, harga tanah sawah yang dulu sulit laku meski Rp300 juta per hektare, kini melonjak menjadi Rp700 juta setelah listrik PLN masuk dan menghidupkan produktivitas lahan.
Perubahan serupa dirasakan Komang Andriani, petani perempuan yang selama bertahun-tahun dibuat repot oleh mesin alkon miliknya yang kerap bermasalah.
“Dengan listrik, kami lebih hemat dan tenang. Tinggal pencet, air langsung mengalir. Tidak seperti alkon yang sering rewel. Biaya operasional turun dari Rp5 juta jadi Rp3 juta per musim. Selisihnya bisa untuk beli obat hama dan pupuk,” jelasnya.
Infrastruktur Masif PLN Jadi Kunci Transformasi
Transformasi besar ini dimulai ketika PLN membangun infrastruktur kelistrikan masif di kawasan persawahan Trimomukti. Empat gardu berkapasitas total 310 kVA, 60 tiang Jaringan Tegangan Menengah, 14 tiang Jaringan Tegangan Rendah, serta solusi energi bersih hybrid melalui SuperSun berkapasitas 900 VA dan 3.500 VA disiapkan untuk mendukung pertanian modern.
Aliran listrik yang stabil kini menjadi fondasi bagi peningkatan produktivitas di ribuan hektare lahan.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Lampung, Rizky Mochamad, mengatakan ketersediaan listrik ini membuat petani tak lagi bergantung pada hujan, tak lagi khawatir kehabisan solar, dan bebas dari risiko kerusakan mesin pompa.
“Program Smart Farming menggeser cara lama menjadi lebih efisien, modern, dan hemat. Listrik tak hanya menghidupkan mesin pompa, tetapi membuka jalan bagi perubahan besar. Lahan yang dulu dianggap kurang produktif kini menjadi aset bernilai,” ucap Rizky.
Harapan Baru dari Untaian Kabel
Bagi warga Trimomukti, listrik bukan sekadar energi yang mengalir lewat kabel. Ia hadir sebagai harapan baru—bahwa mereka bisa merencanakan masa depan, memprediksi hasil panen, dan mengejar kesejahteraan tanpa terus dihantui ketidakpastian.
“Trimomukti kini menjadi bukti nyata bagaimana energi mampu mengubah peradaban kecil di desa, menghadirkan Smart Farming, dan membawa petani menuju kedaulatan serta kesejahteraan yang selama ini mereka perjuangkan,” pungkas Rizky.
Dengan semangat baru dan teknologi yang terus berkembang, Desa Trimomukti perlahan menjelma menjadi contoh keberhasilan transformasi pertanian berbasis energi di Lampung Selatan.














