Media90 – Kontroversi mengenai posisi ahli gizi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali mencuat setelah sebuah video menampilkan pernyataan Wakil Ketua DPR RI, Cucun Syamsurijal, viral di media sosial. Cuplikan tersebut merekam suasana konsolidasi Satuan Pelayanan Pemenungan Gizi (SPPG) MBG se-Kabupaten Bandung yang berlangsung tegang.
Dalam video, seorang perempuan yang berprofesi sebagai ahli gizi menyampaikan sejumlah persoalan terkait penempatan tenaga non-ahli gizi pada posisi yang seharusnya diisi profesional nutrisi. Ia juga mengusulkan agar Badan Gizi Nasional (BGN) bekerja sama dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dan menekankan pentingnya kehadiran ahli sanitasi di setiap SPPG untuk menjaga standar kebersihan makanan.
Namun dialog itu terhenti ketika Cucun menanggapi dengan nada keberatan. Dalam video yang tersebar luas, ia menilai penyampaian sang ahli gizi sebagai tindakan arogan. “Bapak-ibu sekalian, saya nggak suka anak muda arogan kayak gini. Mentang-mentang kalian sekarang dibutuhkan negara, kalian bicara Undang-undang, pembuat kebijakan itu saya,” ujarnya.
Tak hanya itu, Cucun menyebut rencana mengubah istilah “Ahli Gizi” menjadi “Pengawas Gizi” agar jabatan tersebut tidak harus diisi tenaga profesional. Ia menilai masyarakat umum pun dapat menjadi pengawas nutrisi melalui pelatihan singkat tiga bulan dan sertifikasi. Pernyataan ini kemudian memicu gelombang kritik di media sosial, hingga namanya ramai diperbincangkan.
Menanggapi sorotan publik, Cucun kemudian memberikan klarifikasi sekaligus permintaan maaf melalui akun Instagram resminya @cucun_centre. Ia menegaskan bahwa dinamika pembahasan di forum internal tersebut tidak dimaksudkan untuk merendahkan profesi ahli gizi, dan wacana perubahan istilah jabatan masih belum pasti diterapkan.
Dalam pernyataannya, Cucun menulis:
“Saya menyampaikan permohonan maaf apabila dinamika pembahasan di dalam ruangan terkait tuntutan aspirasi sempat menjadi konsumsi publik dan dianggap menyinggung profesi ahli gizi. Sejak awal, tujuan saya adalah meluruskan bahwa apabila terjadi perubahan diksi, terdapat kekhawatiran bahwa kualitas makanan bergizi, termasuk aspek pengawasannya, menjadi tidak dapat dipastikan. Usulan perubahan dari ‘ahli gizi’ menjadi ‘Quality Control’ atau ‘Pengawas Makanan Bergizi’ masih sebatas wacana dan belum tentu diberlakukan. Terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah memberikan masukan dan perhatian.”
Unggahan itu diharapkan menutup polemik yang muncul sejak video awal viral. Meski demikian, diskusi publik mengenai peran penting tenaga ahli gizi dalam program nasional terus berlangsung, menegaskan perlunya pengawasan profesional untuk memastikan kualitas layanan gizi yang optimal bagi generasi penerus.














