Media90 – Swiss kembali membuka kesempatan bagi peneliti dan akademisi muda Indonesia untuk melanjutkan studi doktoral (S3) melalui Swiss Government Excellence Scholarship 2026–2027. Beasiswa bergengsi ini menjadi bagian dari upaya Pemerintah Swiss dalam mendorong pertukaran akademik dan kolaborasi riset internasional dengan lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia.
Program ini ditujukan bagi peneliti berbakat yang telah menyelesaikan pendidikan minimal Magister (S2) dan berencana melakukan riset doktoral di Swiss. Seleksi dilakukan langsung oleh Federal Commission for Scholarships for Foreign Students (FCS) atau dalam bahasa Jerman disebut ESKAS.
Pendaftaran dibuka mulai Agustus hingga Desember 2025, bergantung pada masing-masing kedutaan Swiss di negara pelamar. Bagi calon pelamar dari Indonesia, informasi lengkap dan formulir aplikasi tersedia melalui Kedutaan Besar Swiss di Jakarta atau laman resmi FCS.
Fasilitas Beasiswa Swiss
Beasiswa ini menawarkan dukungan penuh untuk studi dan kehidupan di Swiss, meliputi:
-
Biaya hidup bulanan
-
Akomodasi
-
Tiket pesawat internasional
-
Asuransi kesehatan selama masa studi
Persyaratan Pendaftaran
Pelamar wajib memenuhi sejumlah persyaratan administratif, antara lain:
-
Usia maksimal 36 tahun
-
Memiliki proposal penelitian
-
Mendapatkan surat kesediaan dari profesor pembimbing di universitas atau institusi riset di Swiss
-
Dokumen pendukung seperti CV, motivation letter, paspor, ijazah, dan surat keterangan sehat
Proposal penelitian menjadi faktor krusial dalam proses seleksi. FCS menilai kualitas, orisinalitas, dan dampak akademik riset yang diajukan. Oleh karena itu, calon pelamar dianjurkan menyiapkan proposal sedini mungkin dan membangun komunikasi dengan calon pembimbing di Swiss.
Menurut data FCS, setiap tahun lebih dari 200 pelamar dari berbagai negara berhasil mendapatkan beasiswa ini. Meski begitu, kompetisinya sangat ketat, sehingga persiapan matang menjadi kunci utama keberhasilan.
Bagi peneliti dan akademisi muda Indonesia, ini menjadi kesempatan langka untuk menimba ilmu di Swiss sekaligus memperluas jejaring riset internasional.