TEKNO

AI Jadi Biang Kerok, Harga PS5 dan Switch 2 Diprediksi Naik 15% di 2026

17
×

AI Jadi Biang Kerok, Harga PS5 dan Switch 2 Diprediksi Naik 15% di 2026

Sebarkan artikel ini
AI Bikin Pusing Gamer: PS5 dan Switch 2 Bisa Naik 15% di 2026
AI Bikin Pusing Gamer: PS5 dan Switch 2 Bisa Naik 15% di 2026

Media90 – Kabar kurang menyenangkan bagi para gamer di seluruh dunia. Harapan untuk mendapatkan konsol atau komponen PC dengan harga terjangkau pada 2026 tampaknya harus ditunda. Ledakan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) mulai memengaruhi industri hiburan elektronik, memicu kelangkaan chip memori yang sangat krusial.

Laporan eksklusif Reuters, Senin (22/12/2025), mengungkapkan bahwa industri konsol video game kini berada di bawah tekanan besar dalam perebutan chip memori global. Raksasa seperti Sony, Microsoft, dan Nintendo harus bersaing dengan perusahaan teknologi besar (Big Tech) yang bersedia membayar lebih mahal demi mengamankan pasokan chip untuk pusat data AI mereka.

Prioritas Berubah: AI Lebih Menguntungkan

Masalah utama berasal dari pergeseran fokus produsen memori dunia, seperti Micron, Samsung, dan SK Hynix. Produksi chip memori untuk server AI menawarkan margin keuntungan jauh lebih tinggi dibandingkan untuk perangkat konsumen, termasuk konsol dan smartphone.

Baca Juga:  Asus Rilis Rangkaian Router Terbaru dengan Teknologi AiMesh untuk Pengalaman Jaringan Rumah Terbaik

Salah satu contoh nyata adalah langkah Micron yang dikabarkan menghentikan produksi merek populer mereka, Crucial, untuk memfokuskan sumber daya pada solusi memori kelas tinggi bagi pusat data AI. Satu server AI membutuhkan kapasitas memori puluhan kali lipat dibandingkan satu unit PlayStation 5. Dengan permintaan AI yang masif, produsen memori lebih memilih melayani perusahaan cloud besar daripada pasar konsol yang margin keuntungannya tipis.

Efek Domino: Harga Konsol Naik 10–15%

Chip memori, terutama DRAM, menyumbang sekitar 20% dari total biaya produksi perangkat gaming. Ketika harga memori melonjak, produsen konsol tidak punya banyak pilihan selain membebankan biaya tambahan kepada konsumen.

Analis memperkirakan harga konsol populer seperti PlayStation 5 dan Xbox Series X bisa naik 10–15% dalam dua tahun ke depan. Konsol generasi terbaru, Nintendo Switch 2, kemungkinan akan diluncurkan dengan harga lebih tinggi dari prediksi awal akibat biaya komponen yang melonjak.

Baca Juga:  Meningkatkan Daya Tahan Baterai Headset Bluetooth: Tips dan Trik yang Perlu Kamu Ketahui

Situasi di pasar PC gaming bahkan lebih ekstrem. Harga RAM dan SSD diprediksi bisa meroket hingga 30%, membuat rakitan PC gaming yang sebelumnya terjangkau kini menjadi barang mewah bagi pelajar atau mahasiswa.

Tren Harga: Belum Ada Tanda Melandai

Data Counterpoint Research menunjukkan bahwa dalam tiga bulan terakhir 2025, harga memori telah naik 30%. Puncaknya diperkirakan belum tercapai, dengan kemungkinan lonjakan tambahan 20% di awal 2026. Sejak awal 2025, biaya komponen secara keseluruhan telah meningkat hingga 50%. Industri teknologi memasuki “Super Cycle” di mana permintaan jauh melampaui pasokan, memicu perebutan stok bahkan melalui panic buying.

“Konsol kini perlahan menjadi barang mewah. Produsen yang biasanya beroperasi dengan keuntungan tipis per unit kini tidak bisa menahan beban kenaikan biaya produksi,” ujar salah satu analis.

Dampak di Indonesia

Kenaikan harga global akan terasa lebih berat di Indonesia, karena dipengaruhi nilai tukar mata uang dan biaya impor. Jika harga global naik 15%, harga di toko-toko lokal bisa melonjak lebih tinggi lagi.

Baca Juga:  Ini Dia! Tutorial Mudah Memperbaiki Kontroler Xbox Sendiri: Microsoft Sediakan Suku Cadang!

Para kolektor dan gamer disarankan mempertimbangkan pembelian perangkat sekarang, sebelum gelombang kenaikan harga di 2026 benar-benar tiba. Fenomena ini juga diperkirakan akan menghidupkan pasar konsol bekas, karena harga unit baru menjadi tidak terjangkau bagi sebagian orang.

Meski AI mempermudah banyak aspek kehidupan, bagi komunitas gaming, teknologi ini justru menjadi “musuh” baru di pasar komponen. Persaingan memperebutkan chip memori telah mengubah peta industri, menjadikan hobi bermain game kini harus bersaing dengan ambisi global membangun otak digital masa depan.

Era konsol murah tampaknya berakhir, digantikan realitas baru: bermain game kini membutuhkan investasi lebih dalam, seiring kemajuan teknologi AI yang terus berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *