Media90 – Baidu, salah satu raksasa teknologi asal Cina, memulai pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran mulai pekan ini. Langkah ini dipicu kerugian bersih sebesar 11,23 miliar yuan (sekitar $1,59 miliar) pada kuartal-III 2025, serta tekanan dari persaingan ketat di sektor Artificial Intelligence (AI) dan penurunan signifikan pendapatan iklan daring.
Sumber menyebutkan, angka PHK bervariasi di tiap unit, bahkan mencapai 40% pada beberapa tim. Perampingan ini merupakan kelanjutan tren pengurangan tenaga kerja yang telah terjadi sejak 2022. Dari 41.300 pegawai dua tahun lalu, jumlah staf Baidu kini turun menjadi 35.900. Pendapatan iklan, yang menjadi tulang punggung operasi perusahaan, tercatat turun 18% pada kuartal-III, mendorong kebutuhan akan restrukturisasi.
AI Jadi Prioritas Utama
Meski melakukan PHK, Baidu justru memperkuat fokus pada AI dan cloud. Dulu hanya dikenal sebagai search engine, kini Baidu menempatkan dirinya sebagai salah satu pemain utama AI di Cina. Perusahaan ini juga merambah berbagai lini bisnis, mulai dari mobil tanpa pengemudi hingga chip AI bernama Kunlunxin. PHK disebut-sebut sebagai langkah strategis untuk menekan biaya operasi yang tinggi sekaligus memusatkan sumber daya pada teknologi masa depan.
Chip AI Domestik Hadapi Tantangan Pasokan
Fokus Baidu pada chip muncul di waktu yang krusial, seiring kekurangan pasokan teknologi di Cina. CEO Alibaba, Eddie Wu, memperingatkan adanya bottleneck pasokan yang diperkirakan bertahan dua hingga tiga tahun. Sementara Presiden Tencent, Martin Lau, menekankan masalah bukan dari permintaan, melainkan ketersediaan chip, yang terhambat oleh isu global dan pemblokiran chip Nvidia oleh Amerika Serikat.
Situasi ini membuka peluang bagi Kunlunxin untuk mengisi kekosongan pasar. Bersama Huawei, Baidu bergerak cepat untuk menyediakan chip domestik yang mampu mendukung pelatihan model AI, menggantikan ketergantungan pada GPU impor.
Kunlunxin Jadi Tulang Punggung Masa Depan
Baidu kini memposisikan dirinya sebagai penyedia AI “full-stack”, menggunakan chip Kunlunxin untuk pusat data dan model AI internal, sekaligus menjual chip dan kapasitas komputasi ke pihak ketiga. Para analis menilai potensi bisnis ini sangat besar. Meski saham Baidu sempat tertekan akibat PHK dan kerugian, proyeksi penjualan chip Kunlunxin diperkirakan meningkat enam kali lipat hingga 8 miliar yuan ($1,1 miliar) pada 2026, dengan nilai unit Kunlunxin diperkirakan mencapai $28 miliar.
Tantangan Perangkat Lunak Tetap Ada
Namun, keberhasilan Baidu tidak dijamin. Perusahaan masih menghadapi persaingan ketat di sektor perangkat lunak, terutama dari media sosial seperti RedNote dan ByteDance. Chatbot andalan Baidu, Ernie Bot, saat ini kalah populer dibanding pesaing seperti Alibaba dan DeepSeek.
Dengan kondisi ini, keberhasilan Kunlunxin menjadi kunci masa depan perusahaan. Chip AI domestik diharapkan mampu menutup kerugian finansial dan mengimbangi tekanan kompetitif di pasar perangkat lunak, memastikan Baidu tetap relevan dalam era AI global.














