Media90 – Linux kini bukan hanya dikenal sebagai sistem operasi andalan bagi pengguna tingkat lanjut, tetapi juga menjadi platform unggulan untuk dunia pengembangan (development). Selain menyediakan seluruh perangkat yang dibutuhkan untuk membangun perangkat lunak, mayoritas alat tersebut bersifat gratis, open source, dan mudah diinstal.
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas Linux terus meningkat, baik di kalangan pengguna umum maupun pengembang. Ada banyak alasan di balik tren ini, mulai dari berakhirnya dukungan untuk Windows 10, kemudahan penggunaan, fleksibilitas tinggi, hingga kestabilan dan dukungan yang semakin luas untuk gim maupun pengembangan aplikasi.
Selain itu, ekosistem Linux juga semakin kaya dengan kehadiran teknologi seperti Docker, Podman, Kubernetes, hingga mesin virtual (virtual machines) yang mempermudah proses pengembangan lintas platform.
Meski hampir semua distro Linux bisa dikonfigurasi menjadi mesin pengembangan dengan menginstal toolchain dan bahasa pemrograman yang sesuai, beberapa distro menawarkan stabilitas, kemudahan, dan fitur tambahan yang lebih mendukung kebutuhan developer. Berikut lima distro Linux terbaik yang direkomendasikan untuk pengembangan perangkat lunak:
1. Debian
Disebut sebagai “induk dari semua distribusi,” Debian menjadi fondasi bagi banyak distro populer seperti Ubuntu dan turunannya. Tanpa Debian, mungkin tidak akan ada Ubuntu.
Keunggulan utama Debian terletak pada stabilitas dan keamanan. Sistem ini menggunakan siklus rilis yang konservatif dan aplikasi yang sudah melalui proses pengujian ketat, sehingga dikenal sangat andal untuk penggunaan jangka panjang.
Debian juga menyediakan ribuan paket perangkat lunak yang bisa diinstal melalui repositori resmi, didukung dengan pengelola paket yang kuat serta dukungan multiarsitektur. Pengembang dapat memilih cabang yang sesuai—mulai dari stable, testing, hingga bleeding edge.
Kelebihan lain, Debian memiliki komunitas besar dan dokumentasi lengkap, membuat proses pemecahan masalah menjadi jauh lebih mudah. Dari sisi keamanan, Debian juga menonjol karena secara default tidak memberikan hak sudo untuk akun standar, sehingga mendorong penggunaan akses root secara lebih aman.
2. Fedora
Bagi banyak pengembang, Fedora menjadi pilihan utama berkat fokusnya pada teknologi terbaru dan inovasi cepat. Fedora kerap menjadi distro pertama yang mengadopsi sistem seperti Wayland, filesystem Btrfs, serta versi terbaru GNOME sebelum distro lain merilisnya.
Karena Fedora selalu menghadirkan versi aplikasi yang paling baru, pengembang akan mendapatkan kompiler (seperti GCC) dan bahasa pemrograman (seperti Python) versi terkini tanpa perlu menambahkan repositori eksternal.
Fedora juga dilengkapi dengan berbagai alat pengembang bawaan seperti compiler, IDE, serta fitur toolbox untuk membuat lingkungan pengembangan yang dapat direproduksi. Aplikasi GNOME Boxes yang sudah terpasang memungkinkan pengguna membuat virtual machine dengan mudah, tanpa perlu repot mengatur VirtualBox atau alat serupa.
Meskipun tergolong “bleeding edge”, Fedora tetap terkenal stabil, dapat diprediksi, dan memiliki komunitas besar yang aktif memberikan dukungan.
3. Pop!_OS
Dikembangkan oleh System76, Pop!_OS dikenal sebagai distro yang dirancang khusus untuk kreator dan pengembang modern. Kini distro ini semakin menarik dengan kehadiran desktop environment COSMIC yang ditulis dalam bahasa Rust, menjadikannya sangat cepat dan ringan.
Keunggulan Pop!_OS tidak berhenti di situ. Distro ini memungkinkan pengguna mengaktifkan atau menonaktifkan mode tiling window manager dengan mudah, sehingga meningkatkan efisiensi kerja sesuai kebutuhan.
Selain itu, Pop!_OS menyediakan berkas ISO terpisah untuk GPU NVIDIA dan AMD, sehingga pengembang yang bekerja di bidang machine learning (ML) atau artificial intelligence (AI) tak perlu lagi repot memasang driver secara manual.
Dari sisi keamanan, Pop!_OS sudah mendukung enkripsi penuh pada disk secara bawaan. Dengan manajer paket APT dan dukungan Flatpak, pengguna juga leluasa menginstal berbagai aplikasi tambahan dari berbagai sumber.
4. openSUSE
openSUSE hadir dalam dua versi utama: Tumbleweed dan Leap. Tumbleweed merupakan versi rolling release yang selalu menghadirkan pembaruan perangkat lunak terbaru, sementara Leap menawarkan stabilitas jangka panjang.
Keunggulan openSUSE terletak pada alat bantu pengembang yang sangat lengkap, seperti Open Build Service (platform berbasis web untuk membangun dan mendistribusikan perangkat lunak), serta YaST (alat administrasi sistem yang memudahkan penginstalan semua paket pengembangan dengan satu klik).
Dengan dukungan bawaan terhadap sistem berkas Btrfs yang memiliki kemampuan snapshot, pengguna juga bisa dengan mudah melakukan rollback jika terjadi kesalahan sistem.
Tak kalah penting, openSUSE sangat ideal untuk pengembangan berbasis container karena sudah mendukung Docker, Podman, dan Kubernetes tanpa konfigurasi tambahan.
5. Linux Mint
Bagi pengembang yang mencari sistem operasi yang sederhana, cepat, dan mudah digunakan, Linux Mint adalah pilihan terbaik.
Distro ini berbasis Ubuntu, sehingga pemasangan komponen penting seperti build-essential bisa dilakukan hanya dengan satu perintah:
sudo apt-get install build-essential -y
Perintah ini secara otomatis memasang kompiler C/C++, GNU Make, dan pustaka penting lainnya untuk membangun perangkat lunak dari kode sumber.
Linux Mint juga menggunakan desktop Cinnamon yang ringan dan familiar bagi pengguna baru. Tampilan yang intuitif dan kestabilannya menjadikannya lingkungan pengembangan yang nyaman tanpa kurva belajar yang curam.
Kesimpulan
Hampir semua distro Linux bisa dijadikan mesin pengembangan, asalkan dilengkapi dengan toolchain dan bahasa pemrograman yang tepat. Namun, Debian, Fedora, Pop!_OS, openSUSE, dan Linux Mint menonjol karena stabilitas, kemudahan penggunaan, serta dukungan komunitas yang kuat.
Dengan fleksibilitas dan kebebasan yang ditawarkan, Linux terus menjadi pilihan utama bagi pengembang yang ingin bekerja secara efisien, aman, dan bebas dari batasan platform.














