TEKNO

Harga RAM Melejit, Gamer Geram dan Serukan Boikot di Tengah Serbuan Industri AI

1
×

Harga RAM Melejit, Gamer Geram dan Serukan Boikot di Tengah Serbuan Industri AI

Sebarkan artikel ini
Gamer Protes Massal, Harga RAM dan GPU Melonjak Imbas Kebangkitan AI
Gamer Protes Massal, Harga RAM dan GPU Melonjak Imbas Kebangkitan AI

Media90 – Harga Random Access Memory (RAM) terus meroket di berbagai negara, memicu kemarahan komunitas gim dan forum teknologi global. Di platform seperti Reddit, seruan untuk “boikot RAM” mulai menggema sebagai bentuk protes terhadap ketidakstabilan harga yang dinilai semakin memberatkan konsumen.

Di utas @pcmasterrace, para gamer mengajak pengguna lain untuk menahan diri dari membeli RAM. Sebagian besar percaya bahwa lonjakan harga bukan sekadar fenomena pasar, tetapi didorong strategi perusahaan memori seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron yang diduga mengalihkan fokus dari pasar konsumen demi memenuhi permintaan besar dari sektor Artificial Intelligence (AI).

Godaan AI dan Tuduhan Gamer

Industri AI yang tengah booming menjadi salah satu motor terbesar di balik kenaikan harga komponen. Bersama GPU, RAM berperan penting dalam menyediakan akses data berkecepatan tinggi untuk melatih model AI yang kompleks.

Baca Juga:  Revolusi Fitur Video: Galaxy AI Samsung Menyapa Era Baru Ponsel Cerdas

Di sisi lain, komunitas gamer merasa loyalitas mereka terabaikan. Mereka mengkritik bahwa transisi ke standar memori baru, DDR5, belum menawarkan lompatan kinerja signifikan dibanding DDR4, namun dijual jauh lebih mahal. Bagi sebagian konsumen, tidak membeli atau menunda upgrade menjadi satu-satunya bentuk protes yang dapat mereka lakukan.

Realita: Boikot Bisa Saja Gagal

Namun, apakah boikot ini akan berdampak? Analis pasar menilai kemungkinannya kecil.

Pasalnya, permintaan memori saat ini tidak hanya datang dari pengguna PC rumahan. Perusahaan teknologi besar membutuhkan RAM dalam jumlah masif untuk mendukung komputasi AI berskala raksasa. Bahkan bila gamer menahan pembelian, penurunan permintaan dari sektor konsumen hanya memberi pengaruh kecil terhadap volume pasar global.

Di tengah derasnya investasi perusahaan AI dan nilai transaksi industri yang selangit, protes konsumen dinilai tidak cukup kuat untuk menahan laju harga RAM.

Baca Juga:  Kehebohan Menanti Peluncuran iPhone 15: Apple Fanboy Tidak Sabar!

Tidak Hanya AI: Tumpukan Masalah Sejak Pandemi

Meski AI menjadi faktor utama, akar persoalan harga memori jauh lebih rumit dan telah terbentuk sejak pandemi COVID-19:

  1. Pemotongan produksi pascapandemi
    Ketika belanja konsumen menurun, produsen besar memangkas lini produksi. Peralihan cepat ternyata sulit dilakukan ketika permintaan kembali melonjak.

  2. Transisi lambat dari DDR4 ke DDR5
    Banyak pengguna tetap bertahan di motherboard generasi lama seperti AMD AM4, sehingga adopsi DDR5 berjalan lebih lambat dari prediksi industri.

  3. Poros menuju HBM (High Bandwidth Memory)
    Ledakan industri AI menciptakan permintaan besar pada HBM—jenis memori premium untuk komputasi berat. Produsen akhirnya memprioritaskan HBM karena margin lebih tinggi, sekaligus mengorbankan stok RAM standar di pasar umum. Ketidakseimbangan inilah yang memicu harga RAM konsumen naik drastis.

Solusi untuk Gamer

Jika boikot tak berdampak, apa langkah realistis yang bisa dilakukan gamer?

  1. Tunda upgrade bila memungkinkan
    RAM 8GB–16GB masih memadai untuk sebagian besar gim AAA saat ini.

  2. Manfaatkan promo
    Cari diskon dari distributor, marketplace, atau event besar demi mendapatkan harga terbaik.

  3. Pertimbangkan membeli PC pre-built
    Produsen sistem biasanya mendapatkan pasokan RAM dengan kontrak khusus, sehingga harga paket tidak selalu mengikuti lonjakan pasar eceran.

  4. Bersabar hingga 2027
    Banyak analis memprediksi kelangkaan memori dan tingginya harga masih akan terasa hingga kapasitas produksi global meningkat, yang mungkin berlangsung sampai tahun 2027.

Menanti Pasar yang Lebih Stabil

Seruan boikot RAM menggambarkan rasa frustrasi yang nyata dari konsumen, terutama gamer yang merasa terpinggirkan di tengah hiruk-pikuk AI. Namun realitas industri menunjukkan bahwa permintaan enterprise dan strategi produsen memori kini menjadi pendorong utama perubahan harga.

Selama fokus industri masih berkutat pada AI dan kapasitas produksi RAM standar belum kembali normal, lonjakan harga kemungkinan akan bertahan. Konsumen pun kini dihadapkan pada pilihan sulit: menunggu, berhemat, atau mencari alternatif—setidaknya sampai pasar memori global menyesuaikan diri dengan era komputasi baru yang digerakkan oleh AI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *