Media90 – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, tengah membangun sistem Kecerdasan Buatan (AI) nasional yang dilatih menggunakan data kesehatan masyarakat Indonesia. Tujuan utamanya adalah menciptakan alat bantu medis berbasis AI yang mampu membantu dokter mendeteksi penyakit serius seperti TBC, stroke, dan kanker dengan lebih cepat, akurat, dan efisien.
Langkah ini merupakan bagian dari transformasi besar di sektor kesehatan, khususnya dalam digitalisasi dan pemanfaatan teknologi mutakhir. Menurut Menkes Budi, “Digitalisasi, konektivitas, robotik, dan bioteknologi akan sangat berpengaruh pada perkembangan AI di sektor kesehatan.” Pernyataan ini disampaikan pada acara AI for Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Bangun Fondasi Data Kesehatan Digital
Salah satu tantangan utama pengembangan AI kesehatan adalah kondisi data yang masih terfragmentasi dan belum terdigitalisasi. Berbeda dengan sektor perbankan yang sudah terintegrasi secara global, data kesehatan Indonesia masih banyak yang berbentuk manual.
Untuk mengatasi hal ini, Kemenkes mewajibkan lebih dari 38.000 fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas, dan laboratorium, menggunakan format data digital standar. Program Cek Kesehatan Gratis juga turut mendukung dengan mengumpulkan data dari lebih 44 juta warga Indonesia.
“Hari ini, ada sekitar 620.000 data kesehatan baru yang masuk setiap hari ke cloud Kemenkes. Data ini akan menjadi bahan utama untuk melatih AI,” jelas Menkes Budi.
AI Kesehatan Mulai Dilatih untuk Tugas Spesifik
Dengan fondasi data yang kuat, Kemenkes mulai melatih berbagai model AI untuk mendukung pekerjaan medis yang kompleks. Beberapa proyek yang tengah berjalan antara lain:
-
Deteksi TBC dari Hasil Rontgen
AI dilatih untuk membaca hasil X-ray paru-paru. Dari sebelumnya hanya mengenali 31 jenis kelainan, kini dikembangkan hingga dapat mendeteksi 124 jenis penyakit paru. Menkes Budi menekankan, “AI di Indonesia jadi lebih pintar karena data penyakit kita sangat beragam.” -
Analisis CT Scan untuk Stroke
Di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), AI digunakan untuk menganalisis hasil CT scan otak. Teknologi ini diharapkan mempercepat deteksi dini dan penanganan pasien stroke. -
Analisis Jaringan untuk Deteksi Kanker
Karena terbatasnya jumlah dokter spesialis patologi anatomi, AI dilatih membaca sampel biopsi dan mengenali jenis kanker secara presisi.
“AI nantinya bisa menentukan jenis kanker seperti non-Hodgkin lymphoma B dan merekomendasikan terapi yang sesuai. Kedokteran akan menjadi lebih ilmiah, bukan sekadar pengalaman,” ujar Menkes Budi.
Kolaborasi dengan Google untuk AI Medis
Untuk mempercepat pengembangan, Kemenkes bekerja sama dengan Google, fokus pada pelatihan model AI medis Med-PaLM menggunakan data kesehatan dari Indonesia.
Menkes Budi menegaskan, tujuan utama dari seluruh inisiatif ini adalah membangun ekosistem layanan kesehatan nasional yang berbasis data, ilmiah, dan modern.
“AI akan menjadi asisten cerdas bagi dokter, bukan pengganti. Dengan AI, layanan kesehatan di Indonesia akan lebih cepat, tepat, dan terjangkau,” tutupnya.














