Media90 – Bayangkan sebuah aplikasi yang digunakan 800 juta orang setiap minggu, tapi hanya 5% yang bersedia membayar. Sounds crazy, right? Tapi inilah realitas yang sedang dihadapi OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT.
Di balik kecanggihan AI yang membantu menulis skripsi, merapikan email, atau memberi ide kreatif, OpenAI menghadapi tantangan serius: kebutuhan dana yang sangat besar. Mereka membutuhkan lebih dari USD 1 triliun untuk membangun infrastruktur AI masa depan, angka yang bahkan membuat raksasa teknologi pun berpikir dua kali.
Ledakan Pengguna, Tapi Pendapatan Stagnan
CEO OpenAI, Sam Altman, pernah bangga menyebut ChatGPT dipakai oleh 800 juta orang tiap minggu. Keren, tapi angka itu menipu. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 5% pengguna yang berlangganan versi berbayar.
Pertumbuhan subscriber juga mulai melambat, terutama di Eropa. Data Deutsche Bank menunjukkan pengeluaran pengguna Eropa untuk ChatGPT stagnan sejak Mei 2025. Artinya, meski hype AI tetap tinggi, jumlah orang yang upgrade ke versi premium makin sedikit.
Ironisnya, pengguna Eropa sebenarnya cukup royal. Mereka bahkan lebih aktif dibanding pengguna platform seperti Disney+, dan berpotensi menyalip Spotify maupun Netflix jika tren berlanjut. Namun kenyataannya? Pertumbuhan langganan stagnan.
Biaya AI Itu Brutal
Kalau membayar Netflix atau Spotify sudah terasa berat, coba bayangkan biaya operasional OpenAI. Infrastruktur AI seperti ChatGPT membutuhkan server raksasa yang menyala 24/7, pendinginan, perawatan, serta jaringan global. Baru saja, OpenAI menandatangani komitmen penyediaan 26 gigawatt kapasitas komputasi, setara kebutuhan energi satu negara bagian New York saat jam puncak.
Belum lagi chip AI dari Nvidia dan AMD, yang harganya mencapai puluhan ribu dolar per unit. Sistem AI skala besar butuh ribuan bahkan puluhan ribu chip, sehingga biaya menjadi sangat tinggi. Setiap pertumbuhan AI berarti pembakaran uang dalam skala industri.
Strategi Baru OpenAI: Iklan, Sora, dan Konten Premium
Melihat pendapatan langganan melambat, OpenAI mulai eksplorasi sumber pendapatan baru:
-
Iklan di ChatGPT, memungkinkan AI menampilkan rekomendasi berbayar
-
Monetisasi Sora, AI pembuat video super realistis
-
Gadget AI baru bekerja sama dengan mantan desainer Apple, Jony Ive
-
Konten dewasa untuk pengguna premium, langkah paling kontroversial
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa OpenAI serius meningkatkan pemasukan, dengan strategi gabungan inovasi, pengalaman pengguna, dan sentuhan kontroversi untuk menarik pasar.
Profit Belum Jadi Prioritas, Tapi Realitas Finansial Tak Bisa Diabaikan
Sam Altman menegaskan profit bukan fokus utama OpenAI; yang utama adalah membangun ekosistem AI jangka panjang. Namun realistisnya, perusahaan tetap butuh pemasukan stabil agar dapat bertahan.
Dengan biaya triliunan dolar dan pertumbuhan langganan melambat, strategi OpenAI selanjutnya akan menjadi penentu. Apakah iklan dan konten premium cukup untuk membiayai AI masa depan? Atau akan muncul model bisnis baru yang belum pernah kita lihat?
Era Baru AI, Tapi Dengan Harga Tinggi
Eksplosi AI dua tahun terakhir membawa kita ke era teknologi super canggih dan akses mudah. Tapi di balik kemudahan itu, ada biaya besar dan kompetisi yang brutal. OpenAI telah mengguncang dunia teknologi, tapi perjalanan masih panjang.
Pertanyaannya sekarang bukan lagi “Apa yang bisa dilakukan AI?”, tapi:
“Siapa yang mampu mendanai AI sampai benar-benar menghasilkan?”














