Media90 – Sebuah startup bioteknologi asal Silicon Valley, Amerika Serikat, bernama Preventive tengah menyita perhatian dunia. Perusahaan muda ini dikabarkan sedang meneliti teknologi rekayasa genetik pada embrio manusia — langkah ambisius yang diyakini dapat menghasilkan “bayi hasil rekayasa” bebas penyakit keturunan dan berpotensi memiliki kecerdasan lebih tinggi.
Namun, di balik terobosannya, proyek ini memicu perdebatan besar di dunia sains. Sebab, penyuntingan gen pada embrio manusia untuk kehamilan sejauh ini dilarang di Amerika Serikat dan di sebagian besar negara lain karena alasan etika dan keselamatan.
Startup Misterius dari Jantung Silicon Valley
Preventive didirikan pada awal 2025 oleh Lucas Harrington, ilmuwan lulusan program doktoral di bawah bimbingan Jennifer Doudna, peraih Nobel dan salah satu penemu teknologi penyuntingan gen CRISPR.
Perusahaan yang berbasis di San Francisco ini telah menghimpun dana investasi sebesar USD 30 juta (sekitar Rp480 miliar) untuk mendanai penelitian pra-klinis. Fokus utama risetnya adalah memastikan apakah pengeditan gen pada embrio manusia dapat dilakukan dengan aman dan transparan sebelum diterapkan dalam proses kehamilan.
Nama besar dari dunia teknologi juga tercatat sebagai pendukung awal proyek ini, termasuk Sam Altman, CEO OpenAI, serta Brian Armstrong, pendiri Coinbase. Menariknya, laporan Wall Street Journal menyebut investasi Altman dipimpin oleh suaminya, Oliver Mulherin, yang menyatakan bahwa tujuan proyek Preventive adalah membantu keluarga menghindari risiko penyakit genetik serius.
Tujuan Mulia atau Bahaya Etika Baru?
Preventive mengusung misi besar: “mengakhiri penyakit keturunan dengan mengedit gen embrio manusia sebelum lahir.”
Kendati demikian, Harrington menegaskan bahwa pihaknya belum berniat menciptakan “bayi rekayasa” dalam waktu dekat.
“Kami tidak terburu-buru. Kami ingin penelitian ini transparan dan hasilnya akan dipublikasikan, baik positif maupun negatif,” ujar Harrington kepada Wall Street Journal.
Namun, sejumlah pakar menilai proyek ini bisa membuka pintu menuju praktik eugenika modern — upaya “menyempurnakan manusia” lewat manipulasi genetik.
Fyodor Urnov, Direktur Innovative Genomics Institute di UC Berkeley, memperingatkan risiko besar di balik ambisi ini.
“Mereka seperti bermain dengan uang besar untuk proyek peningkatan bayi. Ini bisa berbahaya,” kata Urnov.
Regulasi Ketat dan Pencarian Jalur Lain
Karena hukum federal AS melarang FDA (Food and Drug Administration) meninjau uji coba kehamilan menggunakan embrio hasil rekayasa genetik, Preventive dikabarkan tengah mencari alternatif di luar negeri.
Beberapa sumber menyebut Uni Emirat Arab (UEA) sebagai lokasi potensial riset lanjutan, mengingat regulasi negara tersebut lebih longgar dalam penelitian embrio. Harrington menepis tudingan bahwa langkah itu untuk menghindari pengawasan, namun mengakui adanya “kendala hukum domestik” di AS.
Didukung Tokoh-Tokoh Besar Teknologi Dunia
Dukungan figur ternama seperti Altman dan Armstrong membuat proyek ini semakin diperhatikan publik. Armstrong menilai, “lebih mudah memperbaiki cacat genetik pada embrio daripada mengobati penyakit setelah lahir.”
Sementara itu, Altman — sosok yang berada di garda depan pengembangan kecerdasan buatan — dinilai melihat rekayasa genetika sebagai kelanjutan alami dari evolusi manusia berbasis teknologi.
Preventive juga menggandeng sejumlah penasihat di bidang genetika dan kedokteran reproduksi, serta terdaftar sebagai public-benefit corporation, yang mengizinkan perusahaan menyeimbangkan antara keuntungan finansial dan manfaat sosial.
Bayang-Bayang Kasus “Bayi Genetika” di China
Langkah Preventive kembali mengingatkan publik pada kasus He Jiankui, ilmuwan asal China yang pada 2018 menciptakan bayi kembar pertama dengan gen dimodifikasi agar tahan terhadap HIV. Eksperimen itu memicu kecaman global dan membuat He dijatuhi hukuman tiga tahun penjara karena melanggar etika medis.
Enam tahun setelah kasus tersebut, Silicon Valley tampaknya mencoba melanjutkan eksperimen yang dulu dianggap tabu, kali ini dengan pendekatan yang lebih berhati-hati dan transparan.
Era Baru Rekayasa Manusia?
Pendukung Preventive berargumen bahwa proyek ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan “manusia super”, melainkan untuk mencegah penyakit genetik serius seperti cystic fibrosis dan sickle cell disease yang dapat diwariskan secara turun-temurun.
Namun, dengan semakin besarnya dukungan dana dan minat dari kalangan teknologi global, muncul pertanyaan besar:
Apakah dunia siap menyambut era bayi desain (designer babies) — atau justru membuka bab baru dari dilema etika dan moral yang belum pernah terpecahkan?














