OTOMOTIF

Harga Mobil Kian Tertekan, Menko Airlangga Soroti Dampak ‘Banjir’ EV di Pasar Indonesia

9
×

Harga Mobil Kian Tertekan, Menko Airlangga Soroti Dampak ‘Banjir’ EV di Pasar Indonesia

Sebarkan artikel ini
Menko Airlangga Nilai Serbuan Mobil Listrik Picu Penurunan Harga Otomotif Nasional
Menko Airlangga Nilai Serbuan Mobil Listrik Picu Penurunan Harga Otomotif Nasional

Media90 – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa gelombang kendaraan listrik atau Electric Vehicles (EV) yang masuk ke Indonesia mulai menciptakan tekanan kompetitif yang kuat bagi pasar otomotif nasional. Akibatnya, harga mobil konvensional ikut terdorong turun. Hal ini disampaikannya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2025 di Jakarta Pusat, Senin (1/12).

Menurut Airlangga, fenomena ini merupakan dinamika baru dalam industri otomotif Indonesia. Ia mencontohkan harga rata-rata mobil di pameran Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025 yang berada di kisaran Rp 300 juta. Namun, di saat yang sama, sejumlah model EV ditawarkan hanya pada rentang Rp 175 juta hingga Rp 190 juta.

“Di pameran kemarin, harga rata-rata mobil sekitar Rp 300 juta, bahkan ada yang dibanderol Rp 175 juta hingga Rp 190 juta. Artinya dengan kehadiran elektrik, harga mobil tertekan ke bawah dan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Airlangga.

Perubahan Perilaku Pasar

Airlangga menegaskan bahwa data penjualan menunjukkan adanya transisi cepat. Penjualan EV pada September 2025 meningkat 18,27 persen secara tahunan (year-on-year). Sementara itu, penjualan motor listrik pada Oktober 2025 juga naik 8,44 persen.

Baca Juga:  Setelah Masa Mudik dan Liburan Berakhir, Periksa 8 Bagian Penting di Motor Anda!

Kenaikan ini, menurut Airlangga, menandai perpindahan minat konsumen dari kendaraan berbahan bakar fosil menuju kendaraan listrik. Ia menyebut fenomena tersebut sebagai tailwind—dorongan positif dari luar yang memperkuat pertumbuhan pasar.

“Ke depan, kita didorong oleh tailwind. Risikonya lebih banyak bersifat upside risk (positif) daripada downside risk (negatif),” ungkapnya.

Selain sisi ekonomi, pergeseran ini juga membawa manfaat lingkungan karena berkontribusi pada pengurangan emisi di perkotaan.

Investasi Masuk dan Kebijakan Pendukung

Airlangga mengatakan tren menurunnya harga mobil turut diperkuat oleh derasnya investasi global di sektor kendaraan listrik. Pemerintah juga mengalokasikan Rp 7 triliun untuk memperkuat industri otomotif dalam dua tahun terakhir.

Ia merinci sejumlah komitmen investasi yang sudah masuk:

  • BYD: Rp 11,2 triliun

  • Chery: Rp 5,2 triliun

  • Wuling: Rp 16,8 triliun (otomotif dan baterai)

  • VinFast: Rp 3,7 triliun

  • Hyundai: Tambahan Rp 20 triliun

Meski demikian, Airlangga mengingatkan bahwa kendaraan bermesin bensin (Internal Combustion Engine / ICE) masih mendominasi sekitar 80 persen pasar nasional.

Ia juga menyinggung arahan Presiden terkait pengembangan mobil nasional dengan fokus pada keterjangkauan harga, mengingat mayoritas pasar berada di segmen mobil di bawah Rp 300 juta.

Arah Kebijakan Pemerintah

Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto, menegaskan bahwa tidak ada rencana pemberian insentif otomotif baru pada 2026. Namun pemerintah tetap membuka ruang diskusi dengan para pemangku kepentingan.

Haryo menyebut kebijakan otomotif ke depan akan berfokus pada:

  1. Peningkatan nilai tambah lokal

  2. Kenaikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

  3. Pengembangan infrastruktur pengisian daya EV

  4. Dukungan alih teknologi dan peningkatan kapasitas produksi nasional

Menurut Haryo, langkah-langkah ini akan memastikan sektor otomotif tetap menjadi pilar penting industri manufaktur Indonesia di tengah perubahan lanskap global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *