Media90 – Inovasi sederhana untuk mengurangi ketergantungan pada layar smartphone justru berubah menjadi kesuksesan bisnis yang luar biasa. Penemu Cat Goetze berhasil meraup penjualan hingga Rp 1,9 miliar (US$ 120.000) hanya dalam tiga hari berkat perangkat telepon rumah retro yang dirancangnya.
Dua tahun lalu, Goetze, yang dikenal dengan username @askcatgpt, merasa jenuh dengan penggunaan smartphone yang tak henti-hentinya. Ia ingin sesuatu yang lebih sederhana, nostalgia, namun tetap relevan dengan kebutuhan modern. “Saya berpikir, bagaimana jika kita masih memiliki telepon rumah, dengan kabel yang bisa dimainkan sambil berbincang dengan teman. Rasanya nostalgic dan modis,” ujar Goetze.
Dari ide itu, ia menciptakan versi telepon rumahnya sendiri menggunakan ponsel berwarna merah muda dari pasar loak. Telepon tersebut dimodifikasi sehingga bisa terhubung ke Bluetooth, memungkinkan panggilan masuk maupun keluar dari perangkat tersebut. Keunikannya menarik perhatian teman dan tetangga, yang menggunakannya bahkan untuk akses masuk ke apartemen.
Pada Juli 2025, Goetze memamerkan perangkat ini kepada pengikutnya secara daring. Responsnya luar biasa: ratusan orang menyatakan ingin memilikinya. Dari situ, Goetze meluncurkan online shop dengan preorder terbatas 15-20 unit, dan memproduksi perangkatnya sendiri dari apartemennya.
Hasilnya, proyek yang kini bernama Physical Phones berhasil menjual hingga Rp 1,9 miliar dalam tiga hari. Pada akhir Oktober, Goetze telah menjual lebih dari 3.000 unit dengan total keuntungan sekitar Rp 4,6 miliar (US$ 280.000). “Rasanya seperti menangkap petir dalam botol,” katanya.
Telepon Jadul, Teknologi Modern
Physical Phones menawarkan lima model, mulai dari telepon genggam, telepon dinding, hingga telepon putar (rotary). Harganya berkisar antara Rp 1,4 juta hingga Rp 1,8 juta (US$ 90–110). Perangkat ini dapat terhubung ke iPhone dan Android via Bluetooth, serta memberikan pengalaman panggilan layaknya telepon rumah, baik untuk panggilan audio maupun video call dari platform seperti WhatsApp, Instagram, dan Snapchat.
Selain itu, pengguna dapat melakukan panggilan keluar dengan menekan nomor atau mengaktifkan voice assistant pada smartphone melalui tombol bintang (*), sehingga bisa menelepon kontak yang diinginkan.
Kesuksesan dari Tren Kurangi Screen Time
Goetze percaya popularitas Physical Phones muncul karena banyak orang ingin mengurangi screen time dan tekanan digital. Pandemi meningkatkan ketergantungan pada smartphone, sementara fenomena konten digital dan AI membuat banyak orang mulai jenuh.
“Rentang perhatian kita semakin pendek, kita merasa gelisah dan kurang hadir dalam kehidupan. Sekarang orang mulai sadar dan memilih jalan berbeda,” jelasnya. Goetze menekankan bahwa tujuan inovasinya bukan menolak teknologi, tetapi menciptakan keseimbangan agar manusia dapat hidup harmonis dengan perangkat digital.
Nostalgia yang Berdaya Guna
Physical Phones bukan sekadar gadget nostalgia. Produk ini menghadirkan pengalaman baru sekaligus menjadi simbol pergeseran tren masyarakat untuk lebih mindful terhadap penggunaan teknologi. Keberhasilan Goetze membuktikan bahwa ide sederhana yang menyentuh kebutuhan manusia bisa menjadi peluang bisnis global, menggabungkan nostalgia dengan inovasi modern.














