Media90 – OpenAI, salah satu raksasa kecerdasan buatan (AI) dunia, kini menghadapi momen kritis. CEO OpenAI, Sam Altman, resmi mengumumkan status “Code Red”, sebuah kondisi darurat internal yang menandakan percepatan mendesak untuk proyek utama perusahaan. Bocornya memo internal yang semula hanya untuk karyawan ke publik menegaskan arah baru perusahaan: seluruh sumber daya harus diarahkan untuk memperkuat ChatGPT sebagai produk flagship.
Bocornya Memo Internal: Transparansi atau Risiko?
Dokumen internal OpenAI yang bocor ke media internasional seperti Wall Street Journal dan The Information menimbulkan dua pandangan berbeda. Di satu sisi, publik memandangnya sebagai bentuk transparansi dari Altman, menunjukkan bahwa OpenAI tengah berada di bawah tekanan besar. Di sisi lain, kebocoran dokumen internal juga bisa dianggap risiko serius bagi manajemen perusahaan.
Proyek Lain Ditunda Demi ChatGPT
Dalam memo itu, Altman menegaskan bahwa sejumlah proyek lain—mulai dari periklanan, fitur belanja, agen AI kesehatan, hingga asisten pribadi bernama “Pulse”—harus ditunda. Fokus utama kini sepenuhnya dialihkan ke ChatGPT, dengan tujuan meningkatkan kecepatan respon, stabilitas layanan, personalisasi, dan kemampuan menjawab pertanyaan kompleks lebih luas.
Untuk memastikan percepatan berjalan efektif, Altman melakukan panggilan rutin setiap hari dengan PIC (Person In Charge) proyek. Hal ini menandakan keseriusan OpenAI dalam menghadapi tekanan kompetitif, sekaligus menunjukkan kesiapan perusahaan untuk mengalihkan tim dari proyek lain demi memperkuat ChatGPT.
Tekanan dari Kompetitor
Status “Code Red” ini muncul di tengah kompetisi yang semakin sengit. Google baru saja meluncurkan Gemini 3 dan Gemini 3 Pro, yang diklaim mampu melampaui ChatGPT dalam berbagai metrik performa. Selain itu, Anthropic juga memperbarui model-model andalannya: Claude Sonnet 4.5 (coding), Claude Haiku 4.5 (kecepatan & efisiensi), dan Claude Opus 4.5 (reasoning).
Ironisnya, pada 2022 Google pernah berada di posisi “Code Red” karena agresivitas OpenAI dalam meluncurkan ChatGPT. Kini situasinya terbalik: OpenAI yang harus mengaktifkan alarm darurat menghadapi kompetitor yang berhasil mengejar ketertinggalan.
Target Percepatan ChatGPT
Memo internal menetapkan sejumlah target utama:
-
Kecepatan respon: Mengurangi waktu tunggu pengguna.
-
Kestabilan layanan: Minimalkan gangguan teknis.
-
Personalisasi: Membuat ChatGPT lebih relevan dan adaptif terhadap pengguna.
-
Kemampuan menjawab lebih luas: Termasuk topik kompleks dan variasi pertanyaan tinggi.
Dampak bagi Industri AI Global
Status “Code Red” menyoroti kerasnya persaingan di industri AI. OpenAI yang dulunya pionir kini harus berjuang keras mempertahankan posisinya. Jika percepatan ChatGPT sukses, perusahaan bisa kembali memimpin pasar. Namun jika gagal, dominasi bisa beralih ke Google atau Anthropic.
Langkah ini juga menimbulkan pertanyaan strategis: apakah fokus berlebihan pada ChatGPT akan mengorbankan inovasi di bidang lain? Penundaan proyek seperti “Pulse” atau agen AI kesehatan berpotensi membuat OpenAI kehilangan peluang di sektor AI yang sedang berkembang.
Risiko Strategi Fokus Tunggal
Investor dan analis menyoroti risiko dari strategi ini. Fokus tunggal pada ChatGPT dapat membuat OpenAI rentan: jika percepatan gagal, perusahaan tidak hanya kehilangan posisi di pasar chatbot, tetapi juga kesempatan untuk bersaing di berbagai sektor AI lain.
Masa depan OpenAI kini berada di persimpangan jalan. Percepatan ChatGPT bisa menjadi strategi tepat untuk mempertahankan dominasi, tetapi tekanan dari Google dan Anthropic menunjukkan satu hal: inovasi tidak bisa berhenti.














