Media90 – Di tengah meningkatnya intensitas bencana alam yang kerap melumpuhkan jaringan telekomunikasi, teknologi satelit kembali membuktikan perannya sebagai tulang punggung ketahanan digital Indonesia. Ketika banjir bandang memutus jaringan seluler dan fiber optik di beberapa wilayah Sumatra, termasuk Sibolga dan Tapanuli Selatan, BRIsat tampil sebagai penyelamat dengan memastikan layanan perbankan tetap berjalan tanpa gangguan berarti.
Fenomena ini menegaskan pentingnya digital resilience bagi layanan publik dan sektor keuangan. Integrasi antara satelit dan protokol darurat kini menjadi kunci dalam menjaga konektivitas, khususnya bagi masyarakat di daerah terisolir bencana.
Respons Cepat BRI Mengaktifkan Protokol BCM di Wilayah Terdampak
Pada Jumat, 5 Desember 2025, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) langsung mengaktifkan protokol Manajemen Kelangsungan Usaha atau Business Continuity Management (BCM) sebagai respons terhadap terputusnya jaringan komunikasi akibat banjir bandang. Langkah ini memastikan akses layanan finansial tetap tersedia bagi masyarakat.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharrom, menjelaskan bahwa pengaktifan BCM merupakan bagian dari Business Continuity Plan (BCP) yang dirancang untuk menjaga kelangsungan transaksi penting sekaligus mendukung penyaluran bantuan darurat. Prosedur ini menjadi krusial saat jaringan seluler benar-benar tidak dapat digunakan.
Koordinasi Lapangan untuk Pastikan Layanan Tetap Berjalan
Begitu jaringan darat terputus, kantor BRI di daerah terdampak langsung beralih ke mode darurat. Di Sibolga, cabang BRI turut menyiapkan layanan penarikan tunai bagi warga yang membutuhkan.
BRI juga mengerahkan Tim Elang Relawan untuk membantu penanganan bencana, termasuk distribusi:
-
paket makanan siap santap
-
air mineral
-
kebutuhan pokok
-
obat-obatan
-
perahu karet dan rompi pelampung
Koordinasi dilakukan secara real-time dengan pemerintah daerah serta aparat lokal. Pembaruan kondisi dilakukan setiap jam sehingga distribusi bantuan tepat sasaran, termasuk di Desa Sialang, Silaiya, Bange, Sipange (Tapanuli Selatan), dan Lubuk Minturun (Padang). Semua operasional ini dipantau langsung oleh Crisis Management Center BRI di Jakarta selama 24 jam.
BRIsat, Penjaga Terakhir Konektivitas
BRIsat—satelit yang diluncurkan BRI pada 2016—menjadi jalur utama penyelamat ketika infrastruktur telekomunikasi darat gagal berfungsi. Teknologi satelit ini menopang konektivitas lebih dari 7.000 unit kerja BRI, termasuk yang berada di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Beberapa layanan yang tetap berjalan berkat BRIsat antara lain:
-
transaksi digital dan transfer dana
-
komunikasi internal operasional bank
-
akses aplikasi BRImo di area tertentu
-
operasional agen BRILink untuk penyaluran bantuan sosial
BRIsat juga memastikan layanan kritis seperti pembayaran gaji pegawai daerah dan pencairan dana bantuan sosial tidak terganggu, sehingga masyarakat tetap bisa mengakses rekening meski berada di wilayah terisolir.
Dampak terhadap Layanan dan Pemulihan Ekonomi Lokal
Langkah cepat BRI menjaga akses perbankan terbukti mempercepat aktivitas ekonomi di wilayah terdampak. Ribuan nasabah tetap dapat melakukan transaksi dasar, mulai dari tarik tunai hingga pembayaran kebutuhan penting. Kemudahan ini membantu percepatan pemulihan ekonomi lokal sekaligus menjaga inklusi keuangan di daerah bencana.
Dari sisi industri perbankan, respons BRI menjadi contoh bagaimana satelit mampu memperkuat ketahanan digital di negara yang rentan bencana. Dengan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang mencapai 16 persen per tahun, protokol BCM menjadi model yang penting untuk diadopsi institusi finansial lainnya.
“Kami pastikan layanan tetap terjaga di daerah terisolir bencana melalui satelit, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial,” tegas Mucharrom dalam keterangan resmi.
Pemerintah daerah di Sumatra turut mengapresiasi koordinasi cepat tersebut. Beberapa analis keuangan juga menilai kemampuan BRIsat menjaga operasional bukan hanya menyelamatkan layanan, tetapi sekaligus memperkuat citra BRI sebagai bank tangguh dan adaptif.
Di media sosial, banyak warga membagikan pengalaman positif saat mengakses ATM darurat BRI di tengah banjir, menandai tingginya kepercayaan publik terhadap bank pelat merah tersebut.
Satelit sebagai Pilar Ketahanan Digital Indonesia
Banjir yang memutus jaringan seluler semakin menegaskan bahwa satelit menjadi garis pertahanan terakhir dalam menjaga layanan esensial, terutama perbankan. BRIsat dan protokol BCM yang diterapkan BRI membuktikan bahwa inovasi teknologi mampu berdampak langsung pada keselamatan, akses finansial, dan ketahanan ekonomi masyarakat terdampak bencana.
Seiring meningkatnya ancaman perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi, integrasi layanan berbasis satelit menjadi strategi penting bagi Indonesia untuk membangun fondasi ekonomi digital yang lebih kuat dan resilien.














