BERITA

Keterbatasan Tak Jadi Halangan, Mahasiswa Difabel Raih Disertasi Terbaik di UIN Raden Intan Lampung

9
×

Keterbatasan Tak Jadi Halangan, Mahasiswa Difabel Raih Disertasi Terbaik di UIN Raden Intan Lampung

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa Difabel UIN Raden Intan Lampung Raih Gelar Disertasi Terbaik, Buktikan Keterbatasan Bukan Halangan
Mahasiswa Difabel UIN Raden Intan Lampung Raih Gelar Disertasi Terbaik, Buktikan Keterbatasan Bukan Halangan

Media90 – Ketekunan dan semangat belajar tanpa batas ditunjukkan oleh Supron Ridisno, mahasiswa difabel dengan keterbatasan penglihatan, yang berhasil meraih disertasi terbaik pada Wisuda Periode III Tahun 2025 Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.

Dalam Sidang Senat Terbuka yang digelar di GSG KH Ahmad Hanafiah, Kamis (16/10/2025), Rektor Prof. H. Wan Jamaluddin Z., M.Ag., Ph.D., secara resmi menobatkan Supron sebagai penerima penghargaan disertasi terbaik.

Supron merupakan lulusan Program Doktor Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung. Ia menulis disertasi berjudul “Kebijakan Pemerintah Daerah Guna Pemberdayaan Penyandang Disabilitas di Provinsi Lampung.”

Melalui riset kualitatif deskriptif, Supron menyoroti bagaimana implementasi kebijakan pemerintah daerah dalam pemberdayaan penyandang disabilitas, terutama di bidang pendidikan inklusif dan ketenagakerjaan. Ia menemukan bahwa meski kebijakan sudah tersedia, masih banyak tantangan di lapangan — mulai dari keterbatasan tenaga pendidik profesional, akses media pembelajaran, hingga minimnya pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas.

Baca Juga:  Tahun 2023: BPJS Kesehatan Menuju Transformasi Mutu Layanan JKN Melalui Temu Nasional Fasilitas Kesehatan

“Menuntut ilmu itu tidak ada batasnya, jadi saya ingin mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, salah satunya melalui pendidikan S3,” ujar Supron Ridisno.

Supron mengaku awalnya tidak berencana melanjutkan ke program doktor. Namun, takdir membawanya untuk menempuh pendidikan hingga tingkat tertinggi. Dari proses itu, ia merasa mendapat kesempatan untuk berkontribusi dalam mendorong kebijakan pemerintah daerah agar lebih berpihak pada pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.

“Kita punya Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016. Tapi yang penting bukan hanya regulasinya, melainkan bagaimana pelaksanaannya benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat,” jelasnya.

Sehari-hari, Supron berprofesi sebagai guru Pendidikan Agama Islam di SLB Fitrah Insani, Bandar Lampung. Ia bersyukur karena selama masa studi mendapat dukungan penuh dari dosen, rekan mahasiswa, dan staf kampus. Dalam menyelesaikan studinya, ia mengandalkan teknologi seperti program pembaca layar dan buku digital untuk mengakses jurnal ilmiah nasional maupun internasional.

Baca Juga:  Prestasi Gemilang Pesisir Barat: Raih Peringkat III dalam Pemenuhan Data Nota Kesepahaman bersama Dirjen Perbendaharaan

Dengan dukungan teknologi tersebut, seluruh tugas hingga disertasi berhasil ia rampungkan. Supron juga berpesan kepada sesama penyandang disabilitas agar tidak ragu melanjutkan pendidikan tinggi.

Didampingi sang istri, Lia Rozana, Supron menekankan pentingnya dukungan keluarga dan fasilitas aksesibilitas yang memadai di perguruan tinggi. Ia berharap UIN Raden Intan Lampung ke depan semakin memperkuat layanan bagi mahasiswa difabel melalui unit layanan khusus.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UIN Raden Intan Lampung mengukuhkan 1.587 wisudawan dari program sarjana, magister, dan doktor. Sidang Senat Terbuka dipimpin oleh Ketua Senat Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag., dengan pembacaan SK Rektor oleh Wakil Rektor III Prof. Dr. H. Idrus Ruslan, M.Ag.

Baca Juga:  Universitas Terbuka Gelar Wisuda untuk 1.439 Mahasiswa di Bandar Lampung

Dari jumlah tersebut, terdapat enam lulusan program doktor, 44 lulusan magister, dan selebihnya dari program sarjana. Rinciannya antara lain 690 dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 216 dari Fakultas Syariah, 130 dari Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, 100 dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 230 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, 36 dari Fakultas Adab, 30 dari Fakultas Sains dan Teknologi, serta 105 dari Fakultas Psikologi Islam.

Kisah Supron Ridisno menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berprestasi. Dengan semangat dan ketekunan, pendidikan tinggi dapat diakses oleh siapa pun yang mau berjuang dan berkomitmen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *