Media90 – Indonesia tak mau ketinggalan dalam perlombaan global menuju teknologi telekomunikasi generasi keenam (6G). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini menjadi ujung tombak, aktif mengembangkan dua pilar teknologi utama yang digadang-gadang akan menjadi fondasi sistem komunikasi ultra-cepat masa depan: perangkat sub-terahertz (sub-THz) berbasis optikal dan arsitektur jaringan cloud cerdas.
Langkah ini sejalan dengan prediksi lonjakan kebutuhan data yang luar biasa. Ken Paramayudha, peneliti Pusat Riset Telekomunikasi BRIN, menjelaskan bahwa kecepatan data di era 6G diperkirakan akan mencapai seratus kali lipat dibandingkan 5G. “Ini menuntut inovasi radikal, terutama dalam pemanfaatan spektrum frekuensi baru dan kecerdasan jaringan,” ujar Ken.
Inovasi Spektrum Sub-Terahertz (Sub-THz)
Spektrum Sub-Terahertz, yakni frekuensi antara 100 GHz hingga 300 GHz, dianggap sebagai kunci untuk mencapai kecepatan ultra-tinggi 6G karena memiliki lebar pita (bandwidth) yang sangat besar. Tantangannya adalah bagaimana menciptakan perangkat yang mampu menghasilkan sinyal pada frekuensi tinggi tersebut secara stabil dan efisien.
BRIN menjawab tantangan ini dengan metode difference frequency generation (DFG), yang memanfaatkan material optik non-linear terintegrasi di dalam rectangular waveguide. Hasilnya, perangkat mampu memproduksi sinyal kontinu (continuous wave signal) stabil pada suhu ruang—prasyarat penting untuk implementasi industri.
Dalam riset awal, BRIN berhasil menghasilkan sinyal hingga 100 GHz. Prestasi ini membuka peluang bagi sejumlah aplikasi, antara lain:
-
Konversi optik-ke-listrik berkecepatan tinggi (high-speed optical-electrical conversion).
-
Transmisi radio berbasis serat optik untuk pengiriman data masif.
-
Komunikasi ultra-cepat di lingkungan dengan trafik data tinggi.
Integrasi teknologi fotonik dan microwave melalui desain resonansi dan simulasi CST semakin meningkatkan efisiensi penguatan sinyal, menempatkan riset BRIN sejajar dengan tren global eksplorasi spektrum THz untuk Beyond 5G.
Jaringan Cloud Cerdas dengan Deep Reinforcement Learning
Tak hanya kecepatan, 6G juga menuntut jaringan yang cerdas dan fleksibel. Pilar kedua BRIN fokus pada arsitektur jaringan cloud cerdas sebagai tulang punggung sistem 6G.
Arief Indra Irawan, peneliti PhD yang terlibat, menekankan bahwa 6G memerlukan full-dimensional multi-access, termasuk integrasi seamless antara jaringan darat, udara (drone), dan satelit. Agar ini berjalan mulus, jaringan harus adaptif dan cerdas.
Teknologi yang diandalkan adalah Deep Reinforcement Learning (DRL), algoritma AI yang memungkinkan jaringan mengoptimalkan kinerjanya secara real-time berdasarkan kondisi trafik dan lingkungan operasional. Dengan DRL, jaringan 6G dapat:
-
Menentukan lokasi fungsi layanan (service function placement) secara otomatis untuk efisiensi.
-
Mengoptimalkan jalur komunikasi lintas domain (darat, udara, satelit).
-
Menjaga efisiensi dan keamanan data dalam service function chaining.
Indonesia Siap Berkontribusi di Ekosistem Global 6G
Dengan kombinasi riset perangkat sub-terahertz dan jaringan cloud cerdas, Indonesia mengambil posisi strategis. Alih-alih menunggu teknologi 6G matang sekitar 2030–2035, BRIN berupaya agar Indonesia menjadi kontributor aktif dalam pengembangan inti teknologi 6G.
Keempat pilar utama yang ditekankan BRIN—inovasi material, integrasi fotonik-microwave, virtualisasi, dan kecerdasan jaringan—diharapkan menjadi fondasi telekomunikasi masa depan. Dukungan riset berkelanjutan ini menyiapkan Indonesia dari sisi teknologi dan kebijakan agar siap memasuki era komunikasi ultra-cepat 6G.
