Media90 – Platform game online Roblox resmi diblokir pemerintah Rusia setelah dianggap memuat konten yang dinilai ekstremis dan tidak sesuai dengan nilai moral negara tersebut. Roblox, yang dikenal sebagai platform user-generated content, memungkinkan para pemain merancang dan membagikan game atau dunia virtual layaknya Minecraft. Kebebasan kreatif ini membuat Roblox menampung beragam komunitas, termasuk kelompok roleplay dan komunitas solidaritas LGBTQ. Namun di Rusia, advokasi LGBTQ digolongkan sebagai “kegiatan ekstremis”, sehingga keberadaan konten terkait memicu tindakan tegas.
Alasan Pemblokiran: Konten LGBTQ hingga Dugaan Ekstremisme
Badan pengawas komunikasi Rusia, Roskomnadzor, menyatakan bahwa kehadiran konten bertema LGBTQ dalam Roblox menjadi salah satu dasar keputusan pemblokiran. Menurut laporan internal lembaga pemerintah, rencana pemblokiran ini sudah dipertimbangkan sejak awal tahun.
Roskomnadzor menegaskan bahwa Roblox “menyebarkan konten yang mempromosikan kegiatan ekstremis dan teroris”, selain menampilkan informasi bertema LGBT. Badan tersebut menyebut platform ini memiliki potensi “merusak perkembangan spiritual dan moral anak-anak.”
Dalam pernyataannya, pihak sensor Rusia menuduh Roblox memfasilitasi pelecehan seksual anak, memaksa anak mengirim foto tidak senonoh, serta mendorong tindakan kekerasan. Mereka juga menyebut Roblox populer digunakan pelaku pedofilia untuk berinteraksi dengan anak-anak, baik melalui obrolan game maupun pertemuan di dunia nyata.
Hingga kini, Roblox belum memberikan komentar terkait pemblokiran tersebut. Secara global, platform ini memiliki lebih dari 151,5 juta pengguna aktif setiap hari.
Tantangan Keamanan dan Moderasi di Roblox
Pemblokiran oleh Rusia sekaligus menjadi sorotan terhadap tantangan keamanan yang dihadapi Roblox. Berbagai laporan mengungkap risiko pertemuan anak dengan predator online, terutama di ruang obrolan virtual.
Di Amerika Serikat, Roblox bahkan menghadapi penyelidikan dari Jaksa Agung Texas dan Louisiana terkait keamanan anak. Sebagai tanggapan, perusahaan mulai menerapkan verifikasi usia serta alat moderasi berbasis AI.
Pada Januari mendatang, Roblox berencana menerapkan verifikasi wajah wajib untuk akses fitur chat. Selain itu, para developer diwajibkan memberi label pada konten yang memuat isu sosial, politik, atau agama agar pengguna di bawah 13 tahun memerlukan izin orang tua sebelum mengaksesnya.
Namun kebijakan itu menuai kritik dari organisasi industri gim seperti Out Making Games, Women in Games, dan BAME in Games. Dalam surat terbuka, mereka menilai Roblox terlalu luas dalam mendefinisikan konten sensitif — bahkan topik “kesetaraan gaji dalam olahraga” dianggap sebagai isu kontroversial.
Kelompok tersebut menilai pendekatan ini berpotensi membungkam suara minoritas.
“Meskipun pengawasan orang tua penting, tidak seharusnya hal itu mengorbankan martabat dasar manusia,” tulis mereka, sambil meminta perusahaan meninjau ulang pedoman tersebut.
Roblox sendiri menegaskan komitmennya terhadap keamanan pengguna melalui teknologi AI, tim moderator, serta kerja sama dengan penegak hukum dan ahli perlindungan anak. Sebelumnya, Roblox juga pernah diblokir di beberapa negara seperti Irak dan Türkiye karena kekhawatiran serupa terkait predator online.
Tindakan Keras Rusia terhadap Platform Digital Asing
Pemblokiran Roblox menambah panjang daftar layanan Barat yang dibatasi Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Roskomnadzor secara rutin memblokir platform yang dianggap melanggar hukum atau tidak mematuhi kebijakan negara.
Tahun lalu, aplikasi belajar bahasa Duolingo terpaksa menghapus segala referensi mengenai hubungan sesama jenis setelah diperingatkan soal konten LGBTQ. Pada 2023, Rusia menetapkan “gerakan internasional LGBT” sebagai organisasi ekstremis, sehingga para pendukungnya dapat dikenai tuduhan terorisme.
Pada Agustus tahun ini, Rusia juga membatasi beberapa fitur panggilan di WhatsApp dan Telegram setelah kedua platform menolak menyerahkan data terkait kasus penipuan dan terorisme. Pekan lalu, Roskomnadzor bahkan mengancam pemblokiran total terhadap WhatsApp.
Data Appfigures menunjukkan Roblox sudah diunduh sekitar 70 juta kali di Rusia, dengan sekitar 8 juta instalasi hanya dalam tahun ini.
Antara Perlindungan Anak dan Pembatasan Kebebasan Digital
Pemblokiran Roblox oleh Rusia memunculkan pertanyaan besar: apakah ini benar-benar tindakan untuk melindungi anak-anak, atau justru bagian dari pembatasan kebebasan digital dan kontrol terhadap konten internet?
Dengan semakin banyaknya platform asing yang diblokir, Rusia terlihat semakin memperketat ruang digitalnya. Sementara itu, perdebatan mengenai keamanan anak, kebebasan berekspresi, dan peran regulasi teknologi terus berlanjut — baik di Rusia maupun di dunia internasional.














