NASIONAL

Gas Beracun Fosfin Ditemukan di Katai Coklat Wolf 1130C, Ilmuwan Ungkap Implikasinya bagi Pencarian Kehidupan

7
×

Gas Beracun Fosfin Ditemukan di Katai Coklat Wolf 1130C, Ilmuwan Ungkap Implikasinya bagi Pencarian Kehidupan

Sebarkan artikel ini
Gas Berbahaya Terdeteksi di Angkasa, Para Peneliti Ungkap Penjelasan Ilmiah
Gas Berbahaya Terdeteksi di Angkasa, Para Peneliti Ungkap Penjelasan Ilmiah

Media90 – Tim astronom yang dipimpin Adam Burgasser, profesor astrofisika dari UC San Diego, mengumumkan penemuan besar yang menggemparkan dunia sains: keberadaan gas beracun fosfin (PH3) di atmosfer katai coklat Wolf 1130C. Objek langit yang sering dijuluki failed star ini berjarak sekitar 54 tahun cahaya dari Bumi, berada di rasi Cygnus, dan menjadi bagian dari sistem tiga bintang bersama katai merah serta katai putih.

Penemuan ini merupakan deteksi fosfin pertama pada objek sejenis, dan hanya mungkin dilakukan berkat kemampuan spektroskopi inframerah Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Alat tersebut mendeteksi fosfin pada konsentrasi sekitar 100 bagian per miliar, jumlah yang cukup signifikan untuk memicu diskusi ilmiah global.

Fosfin: Dari “Tanda Kehidupan” Menjadi Misteri Kimia Kosmik

Di Bumi, fosfin dikenal sebagai gas berbahaya dan mudah terbakar. Biasanya, ia muncul dari proses industri atau aktivitas mikroorganisme yang hidup di lingkungan minim oksigen. Karena itu, fosfin sempat digadang-gadang sebagai biosignature—indikator potensial adanya kehidupan.

Baca Juga:  Ketua DPRD Lampung Mendesak Hutama Karya untuk Segera Perbaiki Jalan dan Lampu Penerangan Menyusul Kenaikan Tarif Tol

Namun, penemuan fosfin di Wolf 1130C justru membalik asumsi tersebut.

Lingkungan katai coklat ini sangat miskin logam, sehingga unsur oksigen dan karbon berada pada level rendah. Dalam kondisi ekstrem seperti ini, atom fosfor lebih mudah berikatan dengan hidrogen dan membentuk fosfin secara alami, tanpa harus melibatkan proses biologis.

Ada pula dugaan lain: katai putih pendamping Wolf 1130C mungkin pernah mengalami ledakan termonuklir di masa lalu, melepaskan material kaya fosfor yang kemudian terserap atmosfer katai coklat tersebut. Teori ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.

Kenapa Penemuan Ini Penting?

Temuan ini memberi dampak besar pada cara ilmuwan memaknai biosignature dalam pencarian kehidupan luar Bumi. Fenomena fosfin pernah menjadi perbincangan hangat pada 2020 lalu saat diduga ditemukan di awan Venus. Kini, data dari Wolf 1130C memperlihatkan bahwa fosfin dapat muncul dari proses non-biologis.

Baca Juga:  Pemimpin Kota Metro, Wahdi, Mengutus 320 Calon Haji Pria dan Wanita di Masjid Taqwa dengan Rasio Kehadiran Perempuan Lebih Tinggi

Penelitian ini memperjelas bahwa:

  • Fosfin dapat terbentuk secara abiotik, tidak selalu menandakan kehadiran makhluk hidup.

  • Lingkungan miskin logam memicu reaksi kimia unik, yang mungkin mencerminkan kondisi alam semesta setelah Big Bang.

  • Deteksi fosfin perlu dianalisis dengan konteks kimia lingkungan, bukan dijadikan bukti tunggal keberadaan kehidupan.

Dengan memahami proses kimia di objek ekstrem, ilmuwan dapat mempelajari bagaimana elemen-elemen yang mendukung kehidupan terbentuk di masa awal alam semesta.

Membuka Babak Baru Dalam Pencarian Kehidupan

Penemuan fosfin di Wolf 1130C bukanlah penurunan harapan dalam pencarian kehidupan luar Bumi. Sebaliknya, temuan ini memperluas wawasan ilmuwan tentang kompleksitas mekanisme kosmik. Fosfin, yang di Bumi berbahaya bagi manusia, kini menjadi potongan penting dalam memahami dinamika kimia pada objek-objek langit purba.

Penemuan ini mengingatkan bahwa alam semesta menyimpan banyak proses kimia yang belum kita pahami. Fosfin di Wolf 1130C adalah salah satu petunjuk bahwa perjalanan ilmiah masih panjang—dan setiap penemuan membawa kita lebih dekat pada jawaban besar: bagaimana kehidupan bisa muncul di alam semesta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *