Media90 – Dunia medis kini kembali dikejutkan oleh terobosan dalam penanganan HIV. Seorang pasien, yang kini disebut sebagai pasien ketujuh, dinyatakan sembuh dari HIV sekaligus bebas dari kanker setelah menjalani transplantasi sel punca (stem cell transplant). Kasus ini menimbulkan harapan baru bagi jutaan orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, karena selama puluhan tahun virus ini dianggap hanya bisa dikendalikan, bukan disembuhkan.
Awal Penemuan dan Kasus Timothy Ray Brown
Sejarah awal keberhasilan terapi sel punca dimulai pada 2008 dengan Timothy Ray Brown, seorang pasien HIV yang menjalani dua kali transplantasi sel punca untuk mengobati leukemia myeloid akut (LMA). Secara kebetulan, donor sel punca Brown memiliki mutasi genetik langka pada gen CCR5, yang dikenal sebagai CCR5 Δ32. Gen ini memproduksi reseptor CCR5, pintu masuk HIV ke dalam sel imun. Mutasi ini membuat reseptor tidak terbentuk sempurna, sehingga virus tidak bisa berkembang biak.
Temuan ini membuka kemungkinan bahwa mutasi genetik langka bisa ditransfer melalui transplantasi sumsum tulang, memberikan efek protektif pada penerima. Meski prosedur ini sangat mahal dan berisiko tinggi, keberhasilan Brown menjadi inspirasi penelitian lebih lanjut.
Kasus Lain dan Tantangan Donor
Pada tahun 2020, seorang pasien HIV lain yang menjalani pengobatan limfoma Hodgkin dan transplantasi sel punca dengan donor CCR5 Δ32 juga berhasil sembuh. Sejak saat itu, beberapa kasus lain muncul, namun tantangan terbesar tetap sama: menemukan donor yang cocok secara genetik dan memiliki mutasi langka CCR5 Δ32.
Terobosan pada Pasien Ketujuh
Kasus terbaru, pasien ketujuh yang dikenal sebagai B2, seorang pria 60 tahun dari Berlin, memberikan perspektif baru. Berbeda dengan kasus sebelumnya, donor B2 hanya memiliki satu salinan mutasi CCR5 Δ32, bukan dua salinan seperti pada Timothy Ray Brown. Secara ilmiah, satu salinan seharusnya tidak cukup memberikan perlindungan penuh karena mutasi ini bersifat resesif.
Namun setelah transplantasi sel punca dan menghentikan terapi antiretroviral selama enam tahun, para peneliti tidak menemukan jejak HIV aktif di tubuh B2. Pasien ini pertama kali didiagnosis HIV pada 2009 dan menerima pengobatan AML pada 2015. Keberhasilan B2 menjadikannya pasien ketujuh yang sembuh total dari HIV, menunjukkan potensi terapi ini untuk lebih banyak pasien.
Dampak dan Harapan Baru
Mutasi satu salinan CCR5 Δ32 jauh lebih umum daripada dua salinan, sehingga potensi donor untuk terapi serupa bisa meningkat secara signifikan. Meski hasilnya menjanjikan, para ilmuwan menekankan pentingnya kehati-hatian. Kasus B2 masih menyimpan banyak pertanyaan ilmiah, terutama bagaimana satu salinan mutasi dapat memberikan efek protektif yang belum sepenuhnya dipahami.
Terobosan ini menegaskan bahwa kombinasi riset jangka panjang dan teknologi medis modern dapat membuka jalan bagi pengobatan HIV yang sebelumnya dianggap mustahil. Bagi dunia medis, pasien ketujuh ini menjadi simbol harapan baru bahwa penyembuhan HIV mungkin bukan lagi sekadar impian.














