Media90 – Tim dosen dari Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di Desa Sidomulyo, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. Program ini fokus pada pendampingan petani kakao dalam menerapkan teknik pembronsongan buah sebagai metode pengendalian hama yang ramah lingkungan.
Teknik inovatif ini diterapkan untuk mengatasi dua jenis hama utama yang sering menyerang tanaman kakao, yaitu Helopeltis spp. (pengisap buah kakao) dan Conopomorpha cramerella (penggerek buah kakao). Kedua hama tersebut diketahui menjadi penyebab utama menurunnya produktivitas dan kualitas hasil panen kakao di wilayah tersebut.
Kegiatan PKM berlangsung sejak Mei hingga September 2025 dan diketuai oleh Ir. Abdul Azis, M.P., dengan anggota tim terdiri dari Dr. Soleha, M.P., Refki Sanjaya, S.Tr.P., M.P., Jamaludin Adimiharja, S.Tr.P., M.Si., Dian Latifathul Mar’ah, S.P., M.P., dan Tika Leoni Putri, S.P., M.Si.. Dalam pelaksanaan di lapangan, tim juga melibatkan dua mahasiswa serta menggandeng Kelompok Tani Hutan Lantana sebagai mitra utama.
Menurut Abdul Azis, kegiatan ini berangkat dari permasalahan serius yang dihadapi petani Sidomulyo, di mana serangan hama pada buah kakao mencapai hampir 50 persen dari total produksi.
“Serangan Helopeltis dan penggerek buah kakao sangat memengaruhi produktivitas dan mutu panen. Melalui pelatihan dan praktik lapang, kami memperkenalkan teknik pembronsongan sebagai solusi fisik tanpa pestisida kimia,” ujar Abdul Azis, Jumat (24/10/2025).
Program ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan, mulai dari sosialisasi, pelatihan teknis, demonstrasi lapangan (demplot), hingga pendampingan langsung di kebun milik petani. Dari hasil evaluasi, kemampuan petani dalam mengenali jenis hama dan melakukan pembronsongan dengan benar meningkat secara signifikan.
Monitoring di lapangan juga menunjukkan hasil yang menggembirakan. Intensitas serangan hama turun dari 48 persen menjadi hanya 15 persen, sementara persentase buah sehat meningkat dari 52 persen menjadi 85 persen.
“Teknik ini sederhana, murah, tapi sangat efektif. Petani kini lebih sadar akan pentingnya pengendalian hama yang ramah lingkungan tanpa merusak ekosistem kebun,” kata Dr. Soleha, M.P.
Selain meningkatkan keterampilan petani, kegiatan PKM ini turut memperkuat penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di tingkat lapangan serta membuka peluang penerapan berkelanjutan di wilayah-wilayah sentra kakao lainnya di Lampung.
Dukungan dari pemerintah desa dan antusiasme petani disebut menjadi salah satu faktor utama keberhasilan program ini. Tim Polinela berharap kegiatan serupa dapat terus dilanjutkan agar semakin banyak petani kakao di Lampung mampu mengelola kebunnya secara mandiri dan berkelanjutan.














