Media90 – Sebuah riset terbaru mengungkap fenomena menarik terkait penggunaan kecerdasan buatan. Studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas Aalto, Finlandia, bersama peneliti dari Jerman dan Kanada, menemukan bahwa penggunaan AI secara berlebihan dapat membuat seseorang merasa lebih pintar dibanding kemampuan nyata yang dimiliki. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Computers in Human Behavior edisi Februari 2026.
AI dan Hilangnya Efek Dunning-Kruger
Efek Dunning-Kruger adalah kondisi ketika orang dengan kemampuan rendah justru merasa sangat ahli, sementara mereka yang berkompeten cenderung meremehkan kemampuan diri. Namun, penelitian ini menunjukkan dinamika berbeda saat seseorang menggunakan model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT.
Para peneliti menemukan bahwa efek tersebut hampir sepenuhnya hilang. Justru muncul kecenderungan baru: baik peserta yang ahli maupun tidak, sama-sama merasa terlalu percaya diri terhadap jawaban yang dihasilkan dengan bantuan AI.
500 Peserta Diteliti, Penggunaan ChatGPT Mengubah Cara Menilai Diri Sendiri
Dalam eksperimen ini, sebanyak 500 peserta diuji menggunakan soal penalaran logis setara ujian masuk sekolah hukum. Separuh peserta diperbolehkan menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas.
Hasilnya menunjukkan beberapa pola penting:
-
Pengguna AI memiliki tingkat keyakinan yang jauh lebih tinggi terhadap jawabannya, meski akurasinya tidak selalu lebih baik.
-
Peserta sering kali tidak melakukan verifikasi ulang terhadap respons AI.
-
Terjadi cognitive offloading, yaitu proses ketika otak menyerahkan tugas berpikir kepada mesin.
-
Penilaian metakognitif melemah, membuat peserta sulit menilai kualitas jawaban mereka sendiri.
Peneliti Robin Welsch menegaskan bahwa peserta yang menggunakan AI cenderung menerima jawaban pertama yang muncul, tanpa refleksi kritis. Hal ini membuat kemampuan menilai diri sendiri menjadi kurang akurat.
Dampak: Kinerja Meningkat, tetapi Pemahaman Bisa Turun
Meski AI membantu meningkatkan performa dalam menjawab soal, peneliti memperingatkan adanya risiko penting yang perlu diwaspadai:
-
Akurasi penilaian diri menurun.
Pengguna makin sulit membedakan jawaban benar atau salah karena terlalu percaya pada AI. -
Risiko salah mengambil keputusan.
Baik pengguna yang ahli maupun tidak dapat merasa sama-sama “pintar”, membuat batas kemampuan menjadi kabur. -
Penurunan kemampuan berpikir.
Minimnya refleksi dan verifikasi dapat melemahkan kemampuan analisis dalam jangka panjang.
Rekomendasi: Gunakan AI, tapi Tetap Berpikir Kritis
Peneliti menyarankan sejumlah langkah untuk menjaga penggunaan AI tetap sehat dan produktif:
-
Biasakan mengajukan pertanyaan lanjutan, bukan menerima jawaban pertama.
-
Sistem AI idealnya dilengkapi fitur seperti skor kepercayaan jawaban, pengingat verifikasi fakta, serta pertanyaan pemicu refleksi.
-
Pelatihan terkait literasi AI perlu dilengkapi kemampuan berpikir kritis, seperti dianjurkan Royal Society.
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa AI dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja manusia. Namun, tanpa sikap kritis, ketergantungan berlebihan berpotensi menimbulkan ilusi kecerdasan dan mengaburkan kemampuan diri yang sebenarnya. AI tetap menjadi alat yang bermanfaat—selama manusia tidak menyerahkan seluruh proses berpikir kepada mesin.














