TEKNO

Amerika Serikat Kewalahan Hadapi Drone Misterius, Teknologi China Disebut Jadi Ancaman Nyata

13
×

Amerika Serikat Kewalahan Hadapi Drone Misterius, Teknologi China Disebut Jadi Ancaman Nyata

Sebarkan artikel ini
AS Kewalahan Hadapi Drone Misterius, Teknologi China Dinilai Jadi Ancaman
AS Kewalahan Hadapi Drone Misterius, Teknologi China Dinilai Jadi Ancaman

Media90 – Amerika Serikat, negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia, kini justru dilanda kecemasan serius. Ancaman tersebut bukan berasal dari rudal balistik atau kekuatan militer konvensional, melainkan dari kehadiran kawanan drone misterius yang berulang kali terdeteksi “mengepung” langit di atas markas militer dan fasilitas energi nuklir strategis.

Fenomena ini memicu kebingungan di kalangan pejabat Pentagon hingga aparat kepolisian lokal. Kemunculan drone yang tak diketahui asal-usulnya itu dinilai sebagai ancaman baru yang sulit ditangani, bahkan oleh negara dengan sistem pertahanan paling canggih sekalipun.

Teror “Lebah Besi” di Atas Markas Militer

Sejumlah laporan mengungkap serangkaian insiden drone canggih yang terbang dalam formasi rapi di atas Pangkalan Angkatan Udara Langley, Virginia, serta beberapa lokasi sensitif lainnya. Drone-drone tersebut tidak muncul sekali dua kali, melainkan berulang selama berminggu-minggu, menunjukkan tingkat koordinasi, daya tahan baterai, dan kemampuan navigasi yang jauh melampaui drone komersial biasa.

Baca Juga:  China Perketat Aturan untuk Influencer: Topik Sensitif Hanya Boleh Dibahas oleh yang Bersertifikat Resmi

Yang membuat aparat keamanan AS semakin waspada, drone-drone ini beroperasi nyaris tanpa suara dan sulit terdeteksi radar konvensional hingga sudah berada di wilayah terlarang. Kondisi ini memunculkan spekulasi luas mengenai keterlibatan teknologi China, mengingat dominasi negara tersebut dalam industri drone global.

Polisi AS Dilarang Pakai Drone China, Tapi Tak Punya Alternatif

Di tengah meningkatnya ancaman tersebut, kepolisian Amerika Serikat justru berada dalam dilema. Pemerintah federal di Washington DC terus mendorong larangan penggunaan drone buatan China, terutama dari produsen besar seperti DJI, dengan alasan kekhawatiran spionase dan potensi “pintu belakang” data.

Namun di sisi lain, kepolisian daerah mengaku berada dalam kondisi nyaris lumpuh. Drone buatan dalam negeri atau negara sekutu dinilai jauh lebih mahal, sementara kemampuan teknologinya tertinggal dibandingkan produk China.

“Jika kami dilarang menggunakan drone China, kemampuan memantau situasi darurat hingga pengejaran pelaku kejahatan akan berkurang drastis,” ungkap salah satu pejabat kepolisian. Aparat merasa terjepit antara kepentingan keamanan nasional dan kebutuhan operasional di lapangan.

Baca Juga:  Xiaomi Terancam Masuk Daftar Hitam AS, Bisnis Global di Persimpangan Jalan

Mengapa Tidak Ditembak Jatuh?

Pertanyaan besar pun muncul di tengah publik Amerika: jika drone-drone tersebut dianggap berbahaya, mengapa militer tidak langsung menembak jatuhnya?

Jawabannya terletak pada kerumitan hukum federal. Menembak jatuh drone di wilayah domestik Amerika Serikat tergolong ilegal bagi sebagian besar instansi, kecuali jika terbukti ada ancaman langsung terhadap nyawa manusia. Penggunaan teknologi pengacau sinyal (jamming) juga dinilai berisiko mengganggu sistem komunikasi sipil dan navigasi penerbangan komersial.

Celah hukum inilah yang diduga dimanfaatkan oleh operator drone misterius. Selama tidak melakukan serangan fisik, aparat keamanan AS praktis hanya bisa memantau dan mendokumentasikan pergerakan drone dari darat.

China dan Bayang-Bayang Spionase Digital

Washington mencurigai drone-drone tersebut berfungsi sebagai alat pengumpul data berteknologi tinggi. Informasi sensitif seperti tata letak pangkalan militer, pola penjagaan, hingga infrastruktur energi strategis berpotensi dipetakan dan dikirimkan secara real-time ke server luar negeri.

Baca Juga:  Mahasiswa FTIK Teknokrat Indonesia Meluncurkan Pengujian Terbang Drone Pertanian untuk Penyemprotan Gulma

Pemerintah China telah berulang kali membantah tudingan keterlibatan. Namun bagi Amerika Serikat, fakta bahwa perusahaan China—terutama DJI—menguasai lebih dari 70 persen pasar drone global tetap dianggap sebagai risiko keamanan serius. Kekhawatiran muncul bahwa perusahaan-perusahaan tersebut dapat dipaksa untuk menyerahkan data pengguna kepada pemerintah China.

Mencari Alternatif Bebas China

Sebagai respons, Kongres AS tengah menggodok rancangan undang-undang untuk memberikan subsidi kepada kepolisian agar beralih ke drone buatan non-China. Namun proses ini diperkirakan memakan waktu lama, sementara drone misterius masih terus terlihat hampir setiap malam di langit Amerika.

Situasi ini menciptakan ironi pahit. Negara dengan anggaran militer terbesar di dunia justru tampak kebingungan menghadapi kawanan drone kecil yang mungkin hanya bernilai ribuan dolar, tetapi mampu menembus batas pertahanan paling sensitif.

Fenomena ini menandai babak baru perang asimetris. Tanpa satu pun peluru ditembakkan, drone-drone tersebut berhasil mengekspos kerentanan infrastruktur, regulasi, dan sistem pertahanan Amerika Serikat. Tantangan terbesar bagi AS kini bukan lagi soal senjata terbesar, melainkan siapa yang benar-benar menguasai langit di atas wilayahnya sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *