Media90 – Upaya mencari sumber pangan dan energi alternatif kian mendesak di tengah tantangan perubahan iklim, keterbatasan energi fosil, serta meningkatnya kebutuhan pangan nasional. Menjawab tantangan tersebut, tim dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinela) meluncurkan penelitian terapan yang berfokus pada optimalisasi sorgum, tanaman multiguna yang mampu tumbuh di lahan kering.
Penelitian bertajuk “Sorgum untuk Pangan dan Bioenergi pada Lahan Kering: Pengaruh Varietas dan Kematangan pada Produksi dan Potensi Etanol Bagas” ini didanai melalui DIPA Politeknik Negeri Lampung dan berlangsung sejak Juli hingga Desember 2025.
Sorgum: Pangan dan Energi dari Lahan Kering
Ketua tim peneliti, Fajar Rochman, S.P., M.P., menjelaskan riset ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan diversifikasi sumber pangan sekaligus pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
“Provinsi Lampung memiliki lahan kering yang sangat luas, ini adalah aset besar yang bisa kita optimalkan untuk menghasilkan pangan dan energi secara berkelanjutan,” jelas Fajar.
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) dipilih karena memiliki ketahanan tinggi terhadap kondisi lahan marginal. Bijinya bernutrisi tinggi dan bisa diolah sebagai bahan pangan, sementara batang atau bagasnya berpotensi besar untuk menghasilkan bioetanol, energi terbarukan yang ramah lingkungan.
“Melalui penelitian ini, kami ingin memberi rekomendasi teknis berbasis data ilmiah, varietas mana yang paling sesuai serta waktu panen terbaik. Harapannya, petani mendapat hasil biji maksimal untuk pangan sekaligus memanfaatkan bagas sebagai bahan baku bioenergi,” tambahnya.
Uji Varietas dan Kematangan
Penelitian ini melibatkan tiga dosen lintas bidang: Fajar Rochman (Agroteknologi), Rizky Rahmadi, S.P., M.P. (Agronomi), dan Priyadi, S.P., M.Si. (Ilmu Tanah).
Mereka menguji lima varietas sorgum unggul — Super 01, Super 02, Mandau, Suri 4, dan Bioguma — dengan dua tingkat kematangan berbeda: fase matang susu dan fase matang fisiologis.
Berbagai parameter dicatat secara detail, mulai dari tinggi tanaman, bobot biji, nilai Brix pada nira batang, hingga konsentrasi glukosa dari bagas setelah proses hidrolisis enzimatik.
Menurut Rizky Rahmadi, pemilihan varietas adalah kunci untuk meningkatkan hasil sorgum di lahan kering.
“Setiap varietas punya karakter unik. Penelitian ini akan mengungkap varietas mana yang paling adaptif dan produktif di kondisi spesifik Lampung,” jelasnya.
Sementara itu, Priyadi menyoroti pentingnya waktu panen.
“Panen di fase matang susu menghasilkan gula batang lebih tinggi, sedangkan pada fase matang fisiologis bobot bijinya maksimal. Tantangannya adalah menemukan titik keseimbangan optimal di antara keduanya,” ujarnya.
Dampak dan Harapan ke Depan
Selain rekomendasi teknis bagi petani, penelitian ini ditargetkan menghasilkan publikasi ilmiah di jurnal terindeks Sinta, bahan ajar untuk mahasiswa, sekaligus peningkatan Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) hingga level 6.
Dengan capaian tersebut, Polinela berharap bisa memperkuat perannya sebagai pusat unggulan teknologi pertanian lahan kering dan bioenergi di Indonesia.
“Lebih jauh, hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi nyata bagi peningkatan ekonomi petani sekaligus mendukung ketahanan pangan dan energi di Provinsi Lampung,” pungkas Fajar.